Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 17 December 2025 09:15
Jakarta: Menjelang akhir 2025, gelombang diskon besar-besaran membanjiri pasar ritel Indonesia. Berbagai platform
e-commerce, merek ternama, hingga layanan publik seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan jalan tol menawarkan potongan harga menarik. Namun, dibalik kesempatan
berbelanja ini, terdapat risiko pengeluaran impulsif yang berpotensi mengganggu kondisi keuangan.
Kenapa banyak diskon akhir tahun?
Gelombang diskon akhir tahun merupakan strategi bisnis untuk meningkatkan penjualan sekaligus menghabiskan stok sebelum penutupan pembukuan. Bagi pemerintah, diskon ini diberikan untuk mendorong roda perekonomian dan menjaga daya beli masyarakat.
Sejumlah platform
e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee kerap menghadirkan program flash sale dan stackable promo sehingga potongan yang didapatkan masyarakat menjadi lebih besar dengan menumpuk berbagai promo yang tersedia. Di sektor ritel,
brand fashion seperti Uniqlo atau merek elektronik juga diberikan untuk mendorong minat beli.
Sementara itu, pemerintah juga memberikan diskon untuk menyambut libur Natal dan Tahun Baru. Di sektor transportasi ada PT KAI yang memberikan diskon hingga 30 persen untuk 156 keretanya. Sementara itu PT KCIC juga memberikan potongan harga untuk tiketnya dengan periode waktu tertentu.
(Ilustrasi belanja online. Foto: Medcom.id)
Tips berbelanja bijak
Agar tidak terjebak dalam impulsif belanja, berikut beberapa
strategi yang bisa diterapkan:
1. Buat anggaran dan daftar prioritas
Salah satu langkah penting adalah menetapkan anggaran belanja akhir tahun dan menyusun daftar prioritas barang yang benar-benar dibutuhkan, serta mematuhi rencana tersebut secara konsisten.
2. Bandingkan harga dan manfaat
Masyarakat juga disarankan membandingkan harga dan manfaat produk, tidak sekadar tergoda label diskon besar, dengan mengecek harga normal di berbagai platform dan mempertimbangkan apakah barang tersebut memang diperlukan atau hanya keinginan sesaat.
3. Hindari belanja dalam keadaan emosional
Belanja sebaiknya dihindari saat kondisi emosional tidak stabil, karena stres atau rasa bosan kerap mendorong keputusan yang tidak rasional.
4. Manfaatkan diskon untuk kebutuhan mendasar
Diskon sebaiknya dimanfaatkan untuk kebutuhan mendasar atau barang yang sudah lama direncanakan, sehingga anggaran digunakan secara lebih efektif.
5. Waspada terhadap teknik pemasaran
Masyarakat juga perlu mewaspadai berbagai teknik pemasaran yang menciptakan urgensi palsu, seperti frasa “hanya hari ini”, “stok terbatas”, atau “diskon gila-gilaan”, yang sering digunakan untuk mendorong pembelian cepat tanpa pertimbangan matang.
Diskon akhir tahun sejatinya merupakan kesempatan untuk berhemat, bukan alasan untuk menghamburkan uang. Dengan perencanaan yang baik dan kesadaran penuh, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai promo tanpa menimbulkan beban keuangan di awal 2026. Prinsip utamanya, diskon hanya benar-benar menguntungkan jika digunakan untuk membeli barang yang memang dibutuhkan. (Muhammad Adyatma Damardjati)