Ilustrasi industri manufaktur. Foto: dok MI.
Insi Nantika Jelita • 28 November 2024 17:25
Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan sebesar 75 persen produk industri manufaktur dalam negeri dipasarkan di dalam negeri. Dengan perbandingan orientasi pasar domestik dengan pasar ekspor sebesar 75:25, Tim Analis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kemenperin menyimpulkan kinerja industri manufaktur secara umum masih menunjukkan ekspansi di tengah ketidakstabilan kondisi global.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi kestabilan ekonomi dan daya beli di dalam negeri. Indeks Kepercayaan Industri pada November 2024 mencapai 52,95 atau di level ekspansi, meningkat 0,20 poin dibandingkan Oktober 2024 atau meningkat 0,52 poin dibandingkan dengan November tahun lalu.
"Meningkatnya IKI ini ditopang oleh ekspansi 21 subsektor dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri manufaktur nonmigas triwulan II-2024 sebesar 99,3 persen," ungkap Febri dalam keterangan resmi, Kamis, 28 November 2024.
Lebih lanjut, Febri menuturkan peningkatan nilai IKI November ini ditopang peningkatan pada tiga subsektor dengan nilai tertinggi, yaitu subsektor industri peralatan listrik, industri minuman, serta industri percetakan dan media reproduksi.
Peningkatan kinerja industri minuman serta industri percetakan dan media reproduksi ditopang oleh penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seluruh Indonesia pada akhir November ini.
"Kemudian, persiapan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) juga memengaruhi meningkatnya kinerja industri minuman," imbuh Febri.

(Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif. Foto: dok Biro Humas Kemenperin)
Namun demikian, terdapat dua subsektor mengalami kontraksi yaitu industri pengolahan lainnya dan reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan. Industri pengolahan lainnya didominasi oleh produk ekspor seperti bulu mata palsu, perhiasan, mainan anak, peralatan olah raga dan alat musik yang mengalami penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi negara tujuan ekspor.
Berbeda dengan subsektor reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, kontraksi terjadi diduga akibat penurunan permintaan domestik akibat peningkatan efisiensi yang dilakukan selama posisi ketidakpastian global dalam.
| Baca juga: Menperin: Industri Perlu Dukungan Kebijakan Demi Topang Ekonomi RI |