Ilustrasi. Foto: MI
Annisa Ayu Artanti • 11 August 2024 15:24
Jakarta: Pemerintah membidik penghematan dari pembangunan infrastruktur
gas bumi. Melalui tambahan infrastruktur, penggunaan gas bumi bisa dimanfaatkan secara optimal.
Plt. Direktur Jenderal Migas yang diwakili oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Maompang Harahap mengatakan demikian mengingat dalam beberapa tahun ke depan akan ada tambahan pasokan produksi gas bumi di Indonesia.
"Produksi gas bumi intinya adalah bahwa nanti akan ada tambahan produksi pasokan gas bumi ya dari 2025 sampai dengan 2028, nah yang terbesar itu tambahan pasokan gas itu akan terjadi di 2027 dan 2028," ujar Maompang dalam siaran pers, Minggu, 11 Agustus 2024.
Ia merincikan bahwa tambahan produksi tersebut, utamanya berasal dari Wilayah Kerja (WK) Migas Geng North sebesar 1.000 mmscfd, kemudian dari WK IDD Gandang Gendalo dengan produksi sebesar 4.900 mmscfd, serta WK Andaman dengan produksi sebesar 527 mmscfd.
Gas bumi yang akan produksi tersebut, lanjut Maompang, perlu ditopang oleh infrastruktur gas bumi sehingga bisa dimanfaatkan secara optimal. Selain itu porsi pemanfaatan gas bumi untuk domestik sekarang sudah mencapai 70 persen dan 30 persen sisanya untuk ekspor.
"Jadi infrastruktur menjadi kunci penting supaya nanti bisa pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik ini bisa lebih masif," kata dia.
Ia mengatakan bahwa pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur gas bumi yang nantinya akan mengintegrasikan antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa, yakni pembangunan pipa gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) dan Dumai-Sei Mangkei (Dusem).
Proyek pipa gas Cisem Tahap 1 Ruas Semarang-Batang sudah selesai pembangunannya dengan nilai Rp1.04 triliun, sedangkan Cisem Tahap II ruas Batang-Cirebon-Kandang Haur Timur kontraknya sudah ditandatangani pada 2 Agustus 2024 lalu dan sekarang masuk pada tahap awal pelaksanaan pembangunan.
"Kemudian untuk pipa Dusem, sekarang sedang dalam proses perencanaan, jadi basic design dan FS (Feasibility Study)-nya sedang disusun, targetnya itu nanti di akhir 2024 akan segera dilelangkan. Ini panjangnya kurang lebih 550 KM dan nanti pelaksanaan fisiknya ini ditargetkan dari 2025, 2026, dan 2027 (multi years contract) nanti bisa diselesaikan," jelas dia.
Lebih lanjut Maompang mengatakan manfaat dari pembangunan pipa gas tersebut adalah untuk mendukung Harga gas yang lebih terjangkau dengan toll fee yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik, komersial, dan rumah tangga.
Selain itu bisa dimanfaatkan untuk pembangunan program Jaringan Gas (jargas) Rumah Tangga dengan target 300 ribu sambungan rumah tangga (SR) di sekitar Cisem dan 600 ribu SR di sekitar pipa gas Dusem dan akan mengurangi penggunaan dan impor LPG 3 KG.
"LPG ini kan 80 persen impor, kemudian subsidi energi yang paling besar dari LPG 3 kg, itu pasti sangat rentan terhadap ketahanan energi, jadi nanti kalau pipa gas ini sudah terbangun akan ada potensi untuk mengurangi subsidi LPG 3 kg itu Rp630 miliar per tahun dan akan menghemat devisa impor lPG itu kurang lebih Rp1,08 triliun per tahun. Serta akan ada penghematan biaya masak itu kurang lebih Rp0,16 triliun per tahun," ucap dia.