Thailand. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 29 November 2023 20:33
Bangkok: Bank Sentral Thailand mempertahankan suku bunga utamanya. Bank Sentral Thailand mengatakan tingkat suku bunga saat ini sebesar 2,50 persen cocok untuk mendukung ekspansi ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, yang tumbuh 1,5 persen pada kuartal ketiga, laju paling lambat tahun ini, karena lemahnya permintaan ekspor dan belanja pemerintah.
Komite kebijakan moneter Bank of Thailand (BOT) dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan tingkat pembelian kembali satu hari (one-day repurchase rate) sebesar 2,50 persen, yang tertinggi dalam satu dekade. Pemerintah telah menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin sejak Agustus tahun lalu untuk mengekang inflasi.
"Komite memperkirakan perekonomian Thailand secara bertahap pulih menuju potensinya, dan inflasi berada dalam kisaran target. Kebijakan suku bunga saat ini sesuai untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan sambil memastikan ruang kebijakan yang memadai," jelas BoT, dilansir Channel News Asia, Rabu, 29 November 2023.
Sebanyak 28 ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan BOT akan mempertahankan suku bunga pada Rabu, dengan perkiraan median menunjukkan tidak ada perubahan kebijakan hingga setidaknya Juli 2025.
BOT mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 menjadi 2,4 persen dari 2,8 persen sebelumnya. Serta memangkas perkiraan pertumbuhan 2024 menjadi 3,2 persen dari 4,4 persen. Perekonomian tumbuh 2,6 persen tahun lalu.
Perkiraan terbaru pada 2024 tidak memperhitungkan dampak dari kebijakan bantuan digital pemerintah yang kontroversial sebesar 500 miliar baht (USD14,3 miliar) yang akan diterapkan tahun depan.
Dia mengatakan, pihaknya melihat pertumbuhan sebesar 3,8 persen tahun depan jika memperhitungkan kebijakan yang ditandatangani, yang akan memberikan bantuan sebesar 10 ribu baht (USD288,27) kepada 50 juta orang untuk dibelanjakan di daerah mereka masing-masing.
BOT sekarang memperkirakan kedatangan pengunjung asing sebesar 28,3 juta tahun ini dan 34,5 juta tahun depan. Sebelum pandemi pada 2019, terdapat rekor kedatangan hampir 40 juta wisatawan asing, yang pengeluarannya menyumbang lebih dari 11 persen PDB.