Asap dan api dari serangan udara Israel di Jalur Gaza, 4 November 2023. (AP Photo/Abed Khaled)
Willy Haryono • 5 November 2023 11:53
Amman: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken didesak negara-negara Arab, termasuk Mesir dan Yordania, untuk mendorong Israel memberlakukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Desakan disampaikan di saat gempuran tanpa henti Israel sepanjang Sabtu kemarin menewaskan 68 warga Palestina.
Dalam sebuah konferensi pers di Amman, Blinken yang diapit Menlu Mesir dan Yordania, menggemakan seruan Israel. Ia mengatakan bahwa gencatan senjata hanya akan membuat Hamas, kelompok pejuang Palestina, untuk mengumpulkan kembali kekuatan.
Ia hanya menyerukan "jeda kemanusiaan" serta mendorong dibebaskannya sejumlah warga Israel yang hingga kini masih disandera Hamas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara besar dunia belum mencapai konsensus mengenai cara menangani perang Israel-Hamas, yang pecah pertama kali pada 7 Oktober lalu. Pada tanggal itu, Hamas melancarkan serangan kilat multi-cabang terhadap Israel melalui udara, darat dan laut, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera 240 warga sipil.
Israel membalasnya dengan serangan balik brutal, serta memberlakukan blokade dan memperluas operasi daratnya di Gaza, daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat. Serangan mematikan ini telah merenggut hampir 9.500 nyawa.
Menurut kantor berita Palestina WAFA, 51 orang -- sebagian besar wanita dan anak-anak -- tewas dan sejumlah lainnya terluka setelah Israel mengebom kamp Al-Maghazi di Jalur Gaza tengah pada Sabtu malam.
Baca juga: 51 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Kamp Al-Maghazi Gaza
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, Ashraf al-Qidra, mengatakan bahwa beberapa orang tewas dan banyak lainnya terluka dan terbaring di bangsal darurat rumah sakit setelah serangan Israel.
Serangan udara baru Israel menewaskan 15 orang di sebuah sekolah yang dikelola PBB di Kota Gaza, yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat perang. Seorang pejabat dari Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) membenarkan bahwa sekolah tersebut menjadi sasaran.
"Setidaknya satu serangan terjadi di halaman sekolah di mana terdapat tenda-tenda untuk keluarga pengungsi. Serangan lainnya terjadi di dalam sekolah tempat para perempuan sedang membuat roti," Juliette Touma, direktur komunikasi UNRWA.