Ilustrasi: Medcom.id
Fajar Nugraha • 21 August 2025 09:29
Damaskus: Koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) menyebut telah menangkap seorang anggota senior kelompok ISIS di Suriah barat laut, lapor kantor berita pemerintah SANA. Sebuah lembaga pemantau perang, sumber keamanan Suriah lainnya dan Al-Ekhbariya milik pemerintah Suriah mengatakan pria yang menjadi target, tewas saat mencoba melarikan diri.
Pada Rabu, belum jelas apakah pria tersebut kemungkinan adalah pemimpin tertinggi ISIS. Dua tahun lalu, ISIS mengumumkan bahwa seorang pria bernama Abu Hafs al-Hashimi al-Qurashi telah ditunjuk sebagai pemimpin barunya setelah otoritas Turki membunuh pendahulunya. Militer Amerika Serikat tidak menanggapi permintaan komentar mengenai kabar ini.
“Operasi yang melibatkan pendaratan pasukan dari helikopter tersebut terjadi sebelum fajar di kota Atmeh dekat perbatasan Turki. Seorang komandan ISIS yang dikenal sebagai Abu Hafs al-Qurashi, seorang warga negara Irak, dibawa pergi sementara seorang warga negara Irak lainnya tewas,” menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), yang berbasis di Inggris, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis 21 Agustus 2025.
SOHR mengatakan, pria yang ditangkap tersebut membawa seorang perempuan yang fasih berbahasa Prancis, dan belum jelas apakah perempuan tersebut dibawa oleh pasukan AS atau oleh pasukan keamanan Suriah yang kemudian menutup wilayah tersebut.
TV pemerintah Suriah pada Rabu mengutip seorang pejabat keamanan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pria Irak yang menjadi sasaran operasi tersebut dikenal sebagai Ali, dan menambahkan bahwa nama aslinya adalah Salah Noman. Laporan tersebut mengatakan bahwa Noman tinggal di sebuah apartemen bersama istri, putra, dan ibunya. Ia juga dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Belum ada klarifikasi langsung mengenai perbedaan nama yang dilaporkan oleh media pemerintah dan monitor perang tersebut.
Ini adalah serangan kedua yang diketahui di Suriah utara oleh pasukan AS sejak pemimpin lama Bashar al-Assad digulingkan pada Desember. Pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Ahmed al-Sharaa, yang menggantikannya, telah berjanji untuk mencegah kebangkitan ISIS dan merupakan bagian dari aliansi anti-ISIS yang mencakup koalisi pimpinan AS yang memerangi kelompok tersebut.
Pada akhir Juli, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan pasukannya telah menewaskan seorang pemimpin senior ISIS dan kedua putranya yang berafiliasi dengan kelompok tersebut di wilayah Aleppo, Suriah, menurut militer AS. CENTCOM mengatakan pada saat itu bahwa mereka "melakukan serangan yang mengakibatkan tewasnya Pemimpin senior ISIS, Dhiya’ Zawba Muslih al-Hardani, dan kedua putranya yang sudah dewasa yang berafiliasi dengan ISIS, Abdallah Dhiya al-Hardani dan Abd al-Rahman Dhiya Zawba al-Hardani".
Pada akhir Mei, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap tentara Suriah, yang merupakan serangan pertama kelompok bersenjata tersebut terhadap pasukan pemerintah sejak jatuhnya al-Assad, menurut para analis.
Dalam sebuah pernyataan terkait serangan tersebut, ISIS mengatakan para pejuangnya telah menanam alat peledak yang menghantam "kendaraan rezim murtad" di Suriah selatan.
ISIS, yang menganggap pemerintahan baru di Damaskus yang dipimpin al-Sharaa tidak sah, terutama memusatkan kegiatannya melawan pasukan Kurdi di utara. Pada puncak kekuasaannya, ISIS menguasai wilayah seluas setengah wilayah Britania Raya, membentang di Irak dan Suriah, dengan Raqqa di Suriah menjadi ibu kota "kekhalifahan" yang dideklarasikan sendiri oleh kelompok bersenjata tersebut.
Kelompok ini terkenal karena kebrutalannya, melakukan pembantaian terhadap warga Suriah dan Irak serta pemenggalan kepala tawanan asing. Pembantaian yang dilakukan ISIS mencakup ribuan orang Yazidi dan kelompok tersebut juga memperbudak ribuan perempuan Yazidi. Yazidi, kelompok yang telah lama dianiaya dan keyakinannya berakar pada Zoroastrianisme, masih memulihkan diri dari kengerian serangan ISIS terhadap komunitas mereka di distrik Sinjar, Irak, pada tahun 2014.
ISIS dikalahkan di Irak pada tahun 2017 dan di Suriah dua tahun kemudian, tetapi para pejuang dan kader militannya masih melancarkan serangan mematikan di kedua negara dan di tempat lain, termasuk di Afrika dan Afghanistan.
Serangan mematikan di Gereja Mar Elias di Damaskus pada Juni menewaskan sedikitnya 25 orang, setelah seorang pria bersenjata memasuki gereja dan menembaki para jemaah, sebelum meledakkan bom bunuh diri.
Kementerian Dalam Negeri Suriah menyalahkan ISIS atas serangan tersebut, meskipun kelompok lain bernama Saraya Ansar al-Sunna kemudian mengklaim bertanggung jawab.