Harga Emas Diproyeksi Naik Terus, Waktunya untuk Investasi?

Ilustrasi emas. Foto: Unplash

Harga Emas Diproyeksi Naik Terus, Waktunya untuk Investasi?

Eko Nordiansyah • 27 March 2025 12:16

Jakarta: Harga emas (XAU/USD) masih menunjukkan pergerakan stabil dalam perdagangan hari ini, dipengaruhi oleh pemulihan Indeks Dolar AS (DXY) setelah sempat melemah ke level 104,18. Saat ini, emas diperdagangkan di sekitar USD3.019, mencerminkan kondisi pasar yang masih menunggu katalis baru.

Faktor utama yang membatasi kenaikan harga emas adalah pernyataan Gedung Putih mengenai kemungkinan Presiden AS, Donald Trump, akan mengumumkan tarif baru terhadap sektor otomotif. Meski begitu, tren bullish pada XAU/USD masih kuat.

"Proyeksi harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga USD3.035 jika momentum bullish berlanjut. Namun, apabila terjadi pembalikan arah (reversal), harga emas bisa mengalami koreksi ke level support terdekat di USD3.013," ujar analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 Maret 2025.

Pada perdagangan hari ini, harga emas menghadapi tantangan dari penguatan dolar AS. DXY naik 0,32 persen ke level 104,55, memberikan tekanan bagi logam mulia. Meskipun demikian, emas tetap kokoh di atas level psikologis USD3.000, yang memberikan harapan bagi investor akan potensi kenaikan lebih lanjut.

"Para pedagang juga memantau perkembangan terkait kebijakan tarif yang dipertimbangkan oleh Trump, yang dapat berdampak pada prospek ekonomi global dan mempengaruhi pergerakan emas," ungkapnya.
 

Baca juga: 

Harga Emas Tetap Kuat di Atas USD3.000



(Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti)

Situasi ekonomi AS memengaruhi harga emas

Dari segi fundamental, data ekonomi AS terbaru menunjukkan pesanan barang tahan lama meningkat, menandakan kekuatan dalam perekonomian. Sementara itu, komentar dari pejabat Federal Reserve menjadi perhatian pasar.

Alberto Mussalem dari The Fed St. Louis menyebutkan pasar tenaga kerja mendekati tingkat pekerjaan penuh dan kebijakan suku bunga saat ini masih sesuai dengan kondisi inflasi yang ada. Namun, ia juga mengingatkan bahwa risiko inflasi yang bertahan di atas target dua persen semakin meningkat, yang dapat memengaruhi keputusan suku bunga The Fed ke depan.

Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, juga mengomentari perkembangan inflasi dan menegaskan bahwa bank sentral telah membuat kemajuan signifikan dalam menekan inflasi.

Namun, ia menekankan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan sebelum The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga. Para pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sekitar 64,5 basis poin pada tahun 2025, menurut Prime Market Terminal.

Fokus utama pasar dalam beberapa hari ke depan adalah rilis Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) inti, yang menjadi acuan utama The Fed dalam mengukur inflasi.

"Jika angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan, maka dolar AS dapat menguat lebih lanjut, membatasi pergerakan emas. Sebaliknya, jika inflasi lebih rendah, emas berpotensi mendapatkan momentum kenaikan lebih besar," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)