Veteran Inggris Ungkap Dugaan Eksekusi Warga Sipil di Irak dan Afghanistan

Sejumlah anggota SAS dan SBS diduga kerap membunuh warga sipil di Irak dan Afghanistan. (Anadolu Agency)

Veteran Inggris Ungkap Dugaan Eksekusi Warga Sipil di Irak dan Afghanistan

Willy Haryono • 13 May 2025 16:30

London: Lebih dari 30 mantan anggota Pasukan Khusus Inggris telah memberikan kesaksian pribadi terkait dugaan kejahatan perang yang dilakukan selama operasi di Irak dan Afghanistan, termasuk eksekusi warga sipil, tahanan, dan bahkan anak-anak.

Dalam sebuah laporan BBC Panorama dan dikutip Anadolu Agency, Selasa, 13 Mei 2025, para veteran tersebut menggambarkan bagaimana anggota dari Special Air Service (SAS) dan Special Boat Service (SBS) membunuh orang-orang yang tidak bersenjata, kerap kali saat korban diborgol atau tertidur.

"Mereka memborgol seorang anak laki-laki dan menembaknya," kata seorang mantan prajurit SAS yang bertugas di Afghanistan. Ia bersaksi bahwa mereka jelas masih anak-anak dan belum mendekati usia bertempur.

Veteran lainnya mengatakan bahwa membunuh tahanan sudah menjadi “hal yang rutin." Ia menambahkan, "mereka akan menggeledah seseorang, memborgolnya, lalu menembaknya, dan kemudian memotong borgolnya serta menodongkan pistol ke tubuhnya.

'Membuat Ketagihan'

Seorang mantan prajurit SBS menggambarkan tindakan beberapa pasukan sebagai perbuatan biadab. "Saya melihat orang-orang yang paling pendiam berubah dan menunjukkan sifat psikopat yang serius. Mereka melanggar hukum,” ucapnya.

Para prajurit mengklaim bahwa warga sipil dan tersangka sering dibunuh di Irak dan Afghanistan, bahkan ketika tidak ada ancaman.

"Jika target muncul dalam daftar, maka kami akan masuk dengan niat membunuh mereka," ujar seorang veteran SAS.

"Sering kali pasukan akan pergi dan membunuh semua orang yang mereka temukan di sana,” sambungnya.

Saksi SAS lainnya mengatakan pembunuhan itu bisa menjadi “hal yang membuat ketagihan,” dan menyebut beberapa rekan mereka sebagai "pembunuh psikotik.”

"Mereka akan masuk dan menembak semua orang yang tidur di sana saat masuk. Saksi mata juga mengatakan tentara menggunakan senjata lain untuk memalsukan kejadian dan menutupi pembunuhan yang melanggar hukum. Ada granat palsu yang mereka bawa ke tempat sasaran," ungkap salah satu saksi mata.

Ada juga yang menggambarkan bahwa sejumlah prajurit membawa AK-47 untuk ditaruh di dekat mayat.

Penyelidikan Terbuka

Laporan pascaoperasi juga sering dipalsukan dengan bantuan perwira senior. "Kami mengerti cara menulis tinjauan insiden serius sehingga tidak memicu rujukan ke polisi militer," kata seorang veteran. Beberapa yang lain menyebut laporan itu sebagai tinjauan "fiksi."

Seorang mantan operator SAS menggambarkan operasi di Irak, di mana seorang pria dieksekusi meski ia tidak menimbulkan ancaman atau bersenjata.

Operator itu menyebut pembunuhan tersebut "memalukan" dan mengkritik kurangnya profesionalisme dalam operasi. Ia menambahkan bahwa pembunuhan itu tidak pernah diselidiki dengan benar.

BBC Panorama juga melaporkan bahwa mantan Perdana Menteri Inggris David Cameron berulang kali diperingatkan tentang maraknya pembunuhan oleh Presiden Afghanistan saat itu, Hamid Karzai.

"Dia sangat konsisten dengan keluhannya tentang serangan malam, korban sipil, dan penahanan," kata mantan duta besar AS untuk NATO, Jenderal Douglas Lute.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pihaknya mendukung penyelidikan terbuka dan mendorong seluruh veteran yang memiliki informasi untuk berani bersuara. (Nada Nisrina)

Baca juga:  11 Negara dengan Pasukan Khusus Militer Terbaik di Dunia

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)