Korban Tewas Akibat Topan Kalmaegi Mencapai 140 Orang di Filipina

Warga di Cebu, Filipina periksa kerusakan akibat Topan Kalmaegi. Foto: ABS-CBN

Korban Tewas Akibat Topan Kalmaegi Mencapai 140 Orang di Filipina

Muhammad Reyhansyah • 6 November 2025 11:19

Cebu: Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 140 orang, dengan 127 orang hilang, setelah memicu banjir dahsyat di Filipina tengah. Menurut data resmi pada Kamis 6 November 2025 badai tersebut bergerak menuju Vietnam.

Kantor Pertahanan Sipil Nasional mengonfirmasi 114 kematian yang dilaporkan, meskipun penghitungan tersebut tidak termasuk 28 korban tewas lainnya yang dicatat oleh otoritas Provinsi Cebu.

“Sebagian besar korban tewas dilaporkan di Provinsi Cebu, Filipina tengah, yang diterjang Topan Kalmaegi pada Selasa 4 November 2025, memicu banjir bandang dan menyebabkan sungai serta saluran air lainnya meluap,” kata Bernardo Rafaelito Alejandro IV, Wakil Administrator Kantor Pertahanan Sipil, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Kalmaegi bergerak menjauh dari provinsi Palawan barat menuju Laut China Selatan sebelum tengah hari Rabu dan sedang menuju Vietnam, menurut para peramal cuaca.

Di antara korban tewas terdapat enam orang yang tewas ketika sebuah helikopter angkatan udara Filipina jatuh di provinsi selatan Agusan del Sur pada hari Selasa. Awak helikopter sedang dalam perjalanan untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke provinsi-provinsi yang dilanda Kalmaegi, kata militer. Pihak militer tidak menyebutkan penyebab kecelakaan itu.

Provinsi terdampak parah

Para pejabat provinsi mengatakan Topan Kalmaegi memicu banjir bandang dan menyebabkan sungai serta saluran air lainnya meluap. Banjir yang diakibatkannya melanda permukiman, memaksa penduduk untuk naik ke atap rumah mereka, di mana mereka dengan putus asa memohon untuk diselamatkan saat air banjir naik, kata para pejabat.

“Setidaknya 71 orang tewas di Cebu, sebagian besar karena tenggelam, 65 lainnya dilaporkan hilang, dan 69 lainnya luka-luka,” kata Kantor Pertahanan Sipil.

Ditambahkan bahwa 62 orang lainnya dilaporkan hilang di provinsi tengah Negros Occidental, yang terletak di dekat Cebu.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mengatasi topan ini, tetapi, Anda tahu, memang ada beberapa hal yang tidak terduga seperti banjir bandang," kata Gubernur Cebu Pamela Baricuatro kepada The Associated Press melalui telepon.

Caloy Ramirez, seorang relawan penyelamat, mengatakan banjir besar yang dipicu oleh topan tersebut mengubah sebuah permukiman mewah di tepi sungai di kota Cebu pada hari Selasa menjadi pemandangan yang tak dapat dikenali, dipenuhi mobil-mobil SUV yang roboh dan rumah-rumah yang berantakan.

Warga mengatakan air banjir menggenangi lantai pertama rumah mereka hanya dalam beberapa menit, membuat mereka berhamburan ke lantai atas atau atap rumah karena panik.

"Kami selalu mengantisipasi yang terburuk dan apa yang saya lihat kemarin adalah yang terburuk," kata Ramirez kepada AP. Ia menggambarkan bagaimana wajah-wajah warga yang putus asa akan berseri-seri ketika mereka menyadari bahwa mereka sedang diselamatkan.

Kekhawatiran proyek pengendalian banjir

Masalah ini mungkin diperparah oleh aktivitas penambangan selama bertahun-tahun yang menyebabkan penyumbatan sungai-sungai di sekitarnya, yang meluap, dan proyek-proyek pengendalian banjir yang tidak memenuhi standar di provinsi Cebu, kata Baricuatro.

Skandal korupsi yang melibatkan proyek-proyek pengendalian banjir yang tidak memenuhi standar atau bahkan tidak ada di seluruh Filipina telah memicu kemarahan publik dan protes jalanan dalam beberapa bulan terakhir.

Cebu, provinsi yang ramai dengan lebih dari 2,4 juta penduduk, menyatakan status bencana agar pihak berwenang dapat mencairkan dana darurat lebih cepat.

Cebu masih dalam tahap pemulihan pascagempa berkekuatan 6,9 skala Richter pada 30 September yang menewaskan sedikitnya 79 orang dan membuat ribuan orang mengungsi ketika rumah-rumah runtuh atau rusak parah.

Ribuan penduduk Cebu utara yang mengungsi akibat gempa bumi dipindahkan dari tenda-tenda yang rapuh ke tempat pengungsian yang lebih kokoh sebelum topan melanda, kata Baricuatro. Kota-kota di wilayah utara yang hancur akibat gempa bumi sebagian besar tidak terdampak banjir yang diakibatkan oleh Kalmaegi, tambahnya.


Vietnam dan Thailand

Sebelum Kalmaegi menerjang daratan, para pejabat mengatakan lebih dari 387.000 orang telah dievakuasi ke tempat yang lebih aman di provinsi-provinsi Filipina timur dan tengah.

Kapal feri dan kapal penangkap ikan dilarang berlayar ke laut yang semakin ganas, menyebabkan lebih dari 3.500 penumpang dan pengemudi truk kargo terlantar di hampir 100 pelabuhan, kata penjaga pantai. Setidaknya 186 penerbangan domestik dibatalkan.

Filipina diterjang sekitar 20 topan dan badai setiap tahun. Negara ini juga sering dilanda gempa bumi dan memiliki lebih dari selusin gunung berapi aktif, menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia.

Vietnam Tengah, yang masih terguncang akibat hujan deras selama berhari-hari yang memicu banjir bandang dan tanah longsor, bersiap menghadapi hujan deras lebih lanjut menjelang Kalmaegi.

Perahu nelayan kembali ke pantai sementara pemerintah setempat menyiapkan rencana evakuasi, mengamankan tempat berlindung, dan menimbun makanan, media pemerintah melaporkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)