Megaroket Starship SpaceX melesat ke angkasa. Foto: Space X
Fajar Nugraha • 27 August 2025 09:05
South Parade Island: Megaroket Starship SpaceX melesat ke angkasa kemarin dalam uji terbang ke-10. Roket berhasil diluncurkan setelah serangkaian kegagalan ledakan yang menimbulkan keraguan tentang kemampuannya untuk mewujudkan visi Elon Musk untuk menjajah Mars.
“Dengan tinggi 123 meter, wahana peluncur terkuat yang pernah dibuat lepas landas dari Starbase milik perusahaan di Texas selatan pukul 18.30 waktu setempat, memicu sorak sorai meriah dari tim teknik,” sebuah siaran web menunjukkan, seperti dikutip Malay Mail, Rabu 27 Agustus 2025.
Starship adalah kunci ambisi Musk untuk menjadikan umat manusia sebagai spesies multiplanet, sementara NASA sedang menunggu versi modifikasi untuk bertindak sebagai pendarat bagi rencananya untuk mengembalikan astronot ke Bulan.
Upaya peluncuran pada Minggu dibatalkan karena kebocoran bahan bakar di landasan peluncuran, dan pada Senin cuaca buruk karena awan tebal memaksa penundaan lagi.
Banyak yang bergantung pada misi ini, setelah tiga penerbangan terakhir berakhir dengan meledaknya tahap atas: dua kali di atas Karibia dan sekali setelah mencapai luar angkasa. Pada Juni, sebuah tahap atas meledak saat uji coba darat.
“Kami telah melakukan begitu banyak uji coba dan belum terbukti andal,” ujar Dallas Kasaboski, seorang analis luar angkasa untuk perusahaan konsultan Analysys Mason, kepada AFP.
“Keberhasilan tidak melebihi kegagalan,” ucap Kasaboski.
Tujuannya adalah untuk mengirim wahana tahap atas -,yang pada akhirnya dimaksudkan untuk membawa awak dan kargo,- melintasi separuh dunia sebelum mendarat di lepas pantai barat laut Australia.
Dilengkapi dengan prototipe material pelindung panas, wahana ini akan menyebarkan satelit Starlink tiruan sambil terbang pada lintasan yang dimaksudkan untuk menguji ketahanan flap belakangnya.
Pendorong, yang dikenal sebagai Super Heavy, mendarat dengan selamat di Teluk Meksiko. Sebelumnya, SpaceX memukau para pengamat dengan menempatkan pendorong di "lengan sumpit" menara peluncuran, tetapi penerbangan kali ini justru berfokus pada pengumpulan data tentang kinerjanya ketika mesin tiba-tiba mati.
Meskipun mengalami kemunduran baru-baru ini, Starship tidak dianggap berada di titik kritis. Filosofi SpaceX "gagal cepat, belajar cepat" telah memberinya keunggulan dalam peluncuran roket Falcon-nya, sementara kapsul Dragon mengangkut astronot ke ISS dan Starlink telah menjadi aset geopolitik.
Namun, Starship menghadirkan tantangan baru. Musk menganggap pengembangan pelindung panas orbital yang sepenuhnya dapat digunakan kembali sebagai tugas terberat, dan mencatat bahwa dibutuhkan waktu sembilan bulan untuk memperbarui pelindung panas Pesawat Ulang-alik di antara penerbangan.
"Yang ingin kami capai di sini dengan Starship adalah memiliki pelindung panas yang dapat segera diterbangkan," ujarnya dalam siaran web pada Senin.
Tantangan lainnya adalah membuktikan Starship dapat diisi ulang bahan bakarnya di orbit dengan propelan super dingin — sebuah langkah penting namun belum teruji bagi wahana tersebut untuk menjalankan misi luar angkasa.
Waktu semakin menipis untuk mempersiapkan versi modifikasinya sebagai pendarat bulan NASA pada tahun 2027, dan bagi Musk untuk memenuhi janjinya mengirim Starship tanpa awak ke Mars tahun depan.