Industri Baja Nasional Bertahan dari Gempuran Tiongkok

Ilustrasi. Foto: dok Krakatau Steel.

Industri Baja Nasional Bertahan dari Gempuran Tiongkok

Ade Hapsari Lestarini • 30 August 2025 22:05

Jakarta: PT Krakatau Steel Tbk mempunyai strategi di tengah derasnya arus baja impor murah dari Tiongkok. Perseroan bertarung dengan mutu, layanan, dan kepercayaan.

 
Krakatau Steel menegaskan baja nasional mampu bersaing dalam standar internasional. Meski tengah menghadapi tekanan finansial, Krakatau Steel punya modal berharga dari sisi pemasaran: kepuasan pelanggan yang konsisten tinggi.
 
Selama tiga tahun terakhir, skor Customer Satisfaction Index (CSI) perusahaan stabil berada di kategori “puas”. Bahkan pada 2023, skor CSI naik signifikan menjadi 5,39, masuk kategori “sangat puas”. Capaian ini bukan hanya melampaui standar industri, tetapi juga menembus target internal (SKU/KPI) yang ditetapkan pada angka 4,6.
 
Artinya, secara kualitas produk dan layanan, Krakatau Steel berhasil menjawab ekspektasi pelanggan. Ini konfirmasi kuat mutu baja nasional tidak kalah dibanding produk impor.
 

Murah bukan selalu untung

 
Fakta di lapangan menunjukkan, produk impor - terutama dari Tiongkok - memang kerap lebih murah 5–10 persen dibanding produk domestik. Namun, laporan dari asosiasi konstruksi mencatat adanya risiko keterlambatan proyek karena baja impor kadang tak lolos uji mutu lokal, sehingga harus diganti.
 
Biaya tambahan inilah yang kerap tak diperhitungkan saat memilih produk semata berdasarkan harga. Pada potensi risiko inilah, produk baja Krakatau Steel dapat memperlakukan keadaan demikian sebagai peluang bagus.
 
Krakatau Steel justru mengedepankan kepastian kualitas. Bagi kontraktor besar, kepastian ini sama berharganya dengan efisiensi biaya. Dalam proyek jangka panjang, kualitas baja yang stabil bisa berarti penghematan biaya perawatan hingga puluhan miliar rupiah. Kualitas baja Krakatau Steel membutuhkan intensifikasi aktivitas komunikasi untuk memamerkannya kepada semua pelaku industri baja.
 
Materi internal perusahaan mencatat indeks kepuasan pelanggan Krakatau Steel mencapai 82 persen, naik dibanding tahun sebelumnya. Meski ada catatan perbaikan pada fleksibilitas harga, tapi tren positif ini menunjukkan konsistensi Krakatau Steel dalam menjaga relasi bisnis.
 
Indeks kepuasan merupakan indikator terkuat untuk memperlihatkan seberapa baiknya kualitas produk dan layanan Krakatau Steel. Hal ini perlu dijadikan modalitas demi meraih peningkatan kepercayaan pelanggan.
 
Selain itu, Krakatau Steel juga mulai memperluas model layanan: dari sekadar pemasok baja, menjadi mitra strategis bagi pelanggan. Program konsultasi teknis, fleksibilitas skema pengiriman, hingga layanan purna jual proaktif ditawarkan untuk menciptakan pengalaman berbeda dibanding sekadar transaksi jual beli.
 
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, mendorong Kementerian Perindustrian RI untuk berpihak kepada para pelaku industri baja nasional, baik dari hulu hingga hilir. "Semoga ke depan industri baja nasional turut bertumbuh dan terus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia," ujar dia, dikutip Sabtu, 30 Agustus 2025.
 
Pernyataan ini memperkuat argumen keberpihakan pada produk nasional bukan hanya soal sentimen, melainkan kebijakan strategis. Dengan menggunakan baja lokal, Indonesia bukan sekadar menghemat devisa, tetapi juga menjaga multiplier effect: lapangan kerja, rantai pasok domestik, hingga ketahanan ekonomi nasional.
 
Ahli Bidang Hukum Perdagangan dan Bisnis sekaligus pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia, Adiwarman menilai kebijakan perlindungan industri nasional harus berjalan seiring dengan upaya peningkatan daya saing perusahaan. Di tengah praktik unilateralisme Amerika Serikat, kebijakan perlindungan industri nasional adalah respon logis dan strategis.
 
Kemudian hal itu perlu diikuti pula dengan kerja sama dengan negara-negara lain yang dibangun oleh Pemerintah. Bila diperlukan, Krakatau Steel termasuk dalam delegasi yang akan menindak lanjuti kesepakatan di level Government to Government secepatnya.
 
“Indonesia perlu memiliki kebijakan yang seimbang antara proteksi industri baja nasional dan peningkatan efisiensi produksi. Dengan strategi yang tepat, Krakatau Steel dapat tetap menjadi pemain utama dalam industri baja internasional,” ujarnya. Penjalinan kerja sama dengan pihak dari negara lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan kebijakan domestik untuk membangun kemandirian Krakatau Steel sebagai pelaku industri baja global.
 

Momentum di 2025

 
Secara marketing, Krakatau Steel kini harus berani mengusung narasi nasionalisme. Produk baja bukan komoditas biasa, melainkan infrastruktur kedaulatan. Setiap jembatan, pelabuhan, dan smelter nikel yang dibangun dengan baja Krakatau Steel bisa dikomunikasikan sebagai cerita besar: “Baja untuk Negeri.”
 
Di era keterbukaan pasar, brand positioning seperti ini penting untuk melawan gempuran produk murah dari luar. Kombinasi antara mutu teruji, layanan pelanggan, dan narasi nasionalisme bisa menjadikan Krakatau Steel bukan sekadar pemasok, tetapi pilihan strategis bagi para pelaku industri.
 
Meski tantangan keuangan masih besar, 2025 bisa menjadi momentum penting. Dengan restrukturisasi finansial yang tengah ditempuh dan kemungkinan masuknya dana murah, Krakatau Steel berpeluang lebih leluasa memperkuat peran marketing dan branding. Ketika isu harga sudah tak lagi jadi satu-satunya narasi, kualitas dan kepercayaan menjadi modal kompetitif yang sulit disaingi produk impor.

Krakatau Steel sudah punya produk berkualitas, kepuasan pelanggan tinggi, dan dukungan politik yang jelas. Tinggal bagaimana “cerita baja nasional” dikemas ke publik dan pasar. Murah mungkin menggoda, tapi dalam bisnis jangka panjang, mutu dan kemandirian selalu menang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Ade Hapsari Lestarini)