Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan proyek Golden Dome di Gedung Putih, Washington, Selasa, 20 Mei 2025. (EPA)
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana membangun “Kubah Emas” (Golden Dome), semacam sistem pertahanan rudal senilai USD175 miliar (setara Rp2.800 triliun) yang akan menempatkan senjata AS di luar angkasa untuk pertama kalinya.
Berbicara dari Ruang Oval di Gedung Putih sambil menunjuk ilustrasi artistik intersepsi rudal, Trump menyatakan harapannya agar Golden Dome dapat beroperasi penuh sebelum akhir masa jabatannya di tahun 2029.
Ia menambahkan bahwa sistem tersebut diharapkan mampu mencegat rudal, "bahkan jika diluncurkan dari luar angkasa."
Mengutip dari The Paper, Rabu, 21 Mei 2025, Trump menunjuk Jenderal Michael Guetlein sebagai Jenderal Angkatan Luar Angkasa untuk memimpin program Golden Dome. Ia menegaskan bahwa Kubah Emas ini akan melindungi seluruh wilayah AS.
"Ronald Reagan menginginkannya bertahun-tahun lalu, tetapi mereka tidak memiliki teknologinya," ujar Trump, merujuk pada proyek Star Wars yang pernah diusulkan Reagan.
Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa rudal terbaru buatan Tiongkok dan Rusia semakin canggih, sehingga diperlukan tindakan pencegahan serta pertahanan yang diperbarui untuk menanggulanginya.
Trump juga mengatakan bahwa ia belum berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait Kubah Emas ini, "tetapi pada waktu yang tepat, kami akan melakukannya."
Sistem Golden Dome
Sementara itu, ide Kubah Emas terinspirasi dari perisai pertahanan Kubah Besi (Iron Dome) berbasis darat milik Israel yang melindungi wilayah tersebut dari serangan rudal dan roket.
Namun, proyek Golden Dome milik Trump ini akan jauh lebih luas karena mencakup sejumlah besar satelit pengintai dan armada satelit penyerang terpisah yang akan menembak jatuh rudal ofensif segera setelah lepas landas.
Sistem ini direncanakan akan mencakup kemampuan berbasis darat dan luar angkasa yang mampu mengatasi rudal di empat tahap utama serangan, yakni mendeteksi dan menghancurkannya sebelum peluncuran, mencegatnya pada tahap awal penerbangan, menghentikannya di tengah perjalanan di udara, serta menghentikannya di menit-menit terakhir saat rudal turun menuju target.
Dalam beberapa bulan terakhir, para perencana di Pentagon telah mengembangkan opsi yang digambarkan pejabat AS sebagai pilihan sedang, tinggi, dan ekstra tinggi. Perbedaan dalam ketiga versi tersebut sebagian besar didasarkan pada berapa banyak satelit, sensor, dan pencegat berbasis ruang angkasa yang akan dibeli.
Kantor Anggaran Kongres AS memperkirakan pada bulan ini bahwa komponen berbasis ruang angkasa dari proyek ini dapat menelan biaya USD542 miliar selama 20 tahun ke depan. Trump sendiri telah meminta USD25 miliar di awal untuk program tersebut dalam rancangan undang-undang keringanan pajak yang sekarang sedang dibahas di Kongres.
Senjata Luar Angkasa
Seorang pejabat AS yang mengetahui program tersebut mengatakan kepada media Associated Press bahwa kemungkinan besar sistem tersebut hanya akan memiliki sedikit kemampuan di akhir masa jabatan Trump, alih-alih telah beroperasi penuh.
Para pakar industri pun meragukan terkait waktu dan biaya proyek ini. "Angka di data terbaru adalah USD175 miliar, tetapi pertanyaannya tetap: dalam jangka waktu berapa? Mungkin 10 tahun," ujar Tom Karako dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Sementara itu, diketahui bahwa Tiongkok dan Rusia telah menempatkan senjata ofensif di ruang angkasa, seperti satelit dengan kemampuan untuk menonaktifkan satelit AS yang penting, yang dapat membuatnya rentan terhadap serangan.
Baca juga:
Tiongkok Kembali Meluncurkan Satelit ke Orbit
Tahun lalu, AS mengatakan Rusia tengah mengembangkan senjata nuklir berbasis ruang angkasa yang memungkinkannya ada di luar angkasa dalam jangka waktu lama, lalu melepaskan ledakan yang akan menghancurkan satelit di sekitarnya.
AS telah memiliki banyak kemampuan pertahanan rudal, seperti baterai rudal Patriot—yang telah diberikan AS kepada Ukraina untuk mempertahankan diri dari rudal yang masuk—dan serangkaian satelit di orbit untuk mendeteksi peluncuran rudal.
Beberapa sistem yang sudah ada tersebut akan dimasukkan ke dalam proyek Kubah Emas.
Trump telah memerintahkan Pentagon untuk mendorong sistem pencegat berbasis luar angkasa tersebut dalam perintah eksekutif di pekan pertama masa jabatannya sebagai presiden. (
Nada Nisrina)