Ilustrasi. (ANTARA)
Yogyakarta: Intensitas erupsi Gunung Merapi menurun dibanding pekan lalu. Data hasil pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menunjukkan penurunan terjadi dari aspek erupsi maupun kegempaan.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menerangkan hasil pengamatan Gunung Merapi periode 2-9 Juni 2023 menunjukkan erupsi atau disebut guguran terjadi 102 kali. Sementara, pekan lalu erupsi tercatat 168 kali dan pekan sebelumnya 236 kali.
"Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 102 kali ke arah barat daya atau hulu Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," kata Agus pada Sabtu, 10 Juni 2023.
Suara guguran yang terdengar dari Pos Pengamatan Babadan sebanyak 17 kali. Pekan ini, suara guguran terdengar 39 kali dari pos Babadan, intensitas kecil hingga sedang.
BPPTKG juga menyatakan dua kubah lava Gunung Merapi tak alami penambahan. Berdasarkan hasl survei drone pada 17 Mei 2023, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.372.800 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.337.300 meter kubik.
Kemudian, kegempaan di Gunung Merapi pada pekan ini tercatat 21 kali gempa Fase Banyak (MP), 17 kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 988 kali gempa Guguran (RF), dan 22 kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu, namun gempa guguran masih dalam jumlah yang cukup tinggi," ujar Agus.
Agus menegaskan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi yang ditunjukkan erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan masih siaga. BPPTKG masih menetapkan radius aman aktivitas manusia sekitar 3-7 kilometer.
"Radius aman jarak 7 kilometer dari puncak Gunung Merapi ini khusus di area hulu Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng," ungkapnya.