Tanah di Bantul Bak Agar-agar, Bisa Berakibat Fatal Bila Diguncang Gempa

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Tanah di Bantul Bak Agar-agar, Bisa Berakibat Fatal Bila Diguncang Gempa

Ahmad Mustaqim • 21 June 2023 13:30

Yogyakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kawasan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebagian besar berada di atas tanah yang gembur dan lunak. Hal itu yang bisa membuat kawasan tersebut terdampak parah terhadap bencana gempa bumi.

"Bantul itu istilahnya kota di atas agar-agar, atau orang barat menyebut city on the gel. Dampaknya sangat luar biasa bila terjadi gempa," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, di sela sesi sebuah acara kesiapsiagaan kebencanaan di sebuah hotel di kawasan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY, Rabu, 21 Juni 2023.

Ia menjelaskan tanah yang gembur ibarat agar-agar. Tanah tersebut akan membuat dampak gempa makin parah.

Guncangan gempa akan seperti dipantulkan oleh tanah yang lunak tersebut. Akibatnya, bangunan yang berdiri di atas tanah lunak akan mengalamai kerusakan lebih parah.

"Kalau melihat gempa itu tak hanya dibangkitkan gempa, tapi juga tanah yang terjadi resonansi dan amplifikasi. Sehingga Bantul yang tanahnya lunak bisa mengamplifikasi, bisa memperbesar guncangan (gempa)," ujarnya.
 

Baca: Aktivitas Lempeng Indo-Australia Picu Gempa Magnitudo 5,8 di Mentawai

Daryono kemudian mengulas gempa bumi pada 2006, Bantul menjadi wilayah paling terdampak. Ancaman gempa dari Sesar Opak di Bantul saat ini bisa mencapai 6,6 magnitudo.

Ia mengingatkan gempa bumi memiliki periode berulang, meskipun sulit diprediksi waktunya. Menurut dia, ada empat kali gempa di Yogyakarta yeng memiliki dampak besar, yakni pada 1840, 1867, 1943 dengan korban meninggal 2 ribuan orang, dan 17 Mei 2006 lebih dari 6.200 orang meninggal.

Selain Sesar Opak, gempa berkekuatan besar atau megatrush dengan kekuatan 8,7 magnitudo juga mengancam wilayah selatan Yogyakarta.

"Wilayah Jogja ini terus berkembang, baik itu aspek penduduk maupun wilayah, maka risiko ini kian meningkat," ucapnya.

Daryono menambahkan gempa 2006 di Bantul hampir sama dengan di Cianjur, Jawa Barat. Kekuatan gempa didukung tanah yang lunak membuat dampaknya kian luas. Ia meminta ada antisipasi konkret dan kesiapsiagaan dalam melakukan antisipasi.

"Sehingga mau tidak mau ini adalah sebuah risiko yang harus dihadapi. Sehingga bagaimana menata mitigasi dengan baik, baik struktur bangunan, kemudian juga menyiapkan kapasitas masyarakat agar memahami secara selamat terhadap gempa dan tsunami," ujar Daryono.

Plh Kepala Pelaksana BPBD DIY, Danang Samsurizal, mengatakan gempa bumi jadi salah satu dari 9 jenis bencana yang jadi prioritas penanganan dan antisipasi. Pasalnya, dampak gempa dengan kekuatan yang besar selama ini merusak bangunan-bangunan publik maupun warga.

"Dari sisi kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah dalam pengurangan risiko, terutama di fase pra bencana, yaitu pencegahan, pengurangan risiko, mitigasi, kesiapan, dan kesiapsiagaan," ucap Danang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Nur Ajijah)