Olahraga: Identitas dan Pemersatu Bangsa yang Tak Boleh Dikesampingkan

Ilustrasi olahraga/Freepik

Olahraga: Identitas dan Pemersatu Bangsa yang Tak Boleh Dikesampingkan

Aries Fadhilah • 10 September 2025 09:44

OLAHRAGA bukan sekadar soal keringat dan kompetisi. Ia adalah identitas, kebanggaan, bahkan bahasa universal yang mampu menyatukan bangsa. Bendera merah putih yang berkibar di negeri orang karena kemenangan seorang atlet, memiliki makna yang tak kalah agung dengan prosesi kunjungan kenegaraan seorang presiden. Hanya ada dua momen itu: ketika kepala negara disambut secara resmi, dan ketika seorang atlet menorehkan prestasi. Begitu sakralnya olahraga bagi martabat bangsa.

Sejarah mencatat, Bung Karno paham benar tentang hal ini. Tahun 1962, Indonesia berani menyelenggarakan Asian Games. Walau kerap disebut proyek “mercu suar”, warisan dari keberanian itu masih berdiri megah: Stadion Gelora Bung Karno, salah satu stadion terbesar di Asia hingga kini. Itu bukan sekadar beton dan baja, melainkan simbol bahwa bangsa ini bisa tampil sejajar di panggung dunia. Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasanya para pahlawan.” Hari ini, kita bisa menambahkan: bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jerih payah para atletnya.
 

Baca: Memperingati Hari Olahraga Nasional

Betapa pentingnya olahraga, hingga negara menetapkan 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional, merujuk pada momen bersejarah Pekan Olahraga Nasional pertama. Bahkan dibentuk pula Kementerian Pemuda dan Olahraga, sebagai wujud perhatian negara terhadap dua aspek fundamental: masa depan pemuda dan kejayaan olahraga.

Namun, tahun 2025, Hari Olahraga Nasional diperingati dalam keadaan ganjil. Menteri yang mestinya hadir untuk memberi arah dan penghormatan, justru diberhentikan sehari sebelumnya. Penggantinya pun belum ditunjuk. Simbol ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah olahraga tak lagi menjadi prioritas negara? Apakah olahraga hanya dipandang seremonial, tanpa visi strategis di baliknya?

Padahal, olahraga terbukti mampu merekatkan bangsa di tengah perbedaan. Kita pernah bersatu mendukung tim bulutangkis di Thomas Cup, berjibaku mendukung Timnas di Piala AFF, hingga menangis haru melihat merah putih berkibar di Olimpiade. Dalam momen-momen itu, sekat politik, agama, dan suku runtuh seketika.

Karena itu, mungkin sudah saatnya jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga diberikan kepada sosok yang benar-benar paham denyut olahraga. Mantan atlet, misalnya—orang yang merasakan langsung pahit-manis perjuangan di lapangan. Seperti kata Nelson Mandela, “Sport has the power to change the world. It has the power to inspire. It has the power to unite people in a way that little else does.”

Pak Presiden, olahraga bukan sekadar agenda tahunan atau seremonial. Ia adalah pemersatu, ia adalah identitas bangsa. Jangan biarkan api kecil ini padam hanya karena kurangnya kepemimpinan yang tepat. Sebab, bangsa tanpa semangat olahraga adalah bangsa yang kehilangan salah satu nadinya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)