Semester I-2025, Surplus Industri Manufaktur RI Capai USD10,4 Miliar

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. MI/Naufal Zuhdi

Semester I-2025, Surplus Industri Manufaktur RI Capai USD10,4 Miliar

Naufal Zuhdi • 18 July 2025 21:52

Jakarta: Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa sektor industri manufaktur memperoleh surplus pedagangan sebesar USD10,4 miliar pada kuartal I 2025. Nilai ekspor manufaktur tercatat sebesar USD52,9 miliar atau setara dengan hampir 80 persen dari total ekspor nasional berasal dari sektor manufaktur. 

"Kontribusi surplus pedagangan sektor industri manufaktur, sekali lagi ini mendominasi surplus perdagangan Indonesia secara agregat nasional pada bulan-bulan berikutnya," ucap Agus di acara Pelepasan Ekspor PT Tata Metal Lestari dan Krakatau Steel ke Amerika Serikat di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 18 Juli 2025.

Di sisi lain, Agus menjelaskan bahwa menurut data dari Trading Economics, Indonesia membukukan surplus pedagangan sebesar USD4,9 miliar pada Mei 2025. Indonesia berada di urutan ketiga dunia, di bawah Tiongkok dan Rusia.

"Kemudian berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh World Visualize, surplus tersebut (USD4,9 miliar) itu menempatkan Indonesia pada posisi ketiga terbesar di dunia. Tiongkok nomor satu, nilainya USD103,22 miliar, Jerman surplusnya USD17,8 miliar dan tadi saya sampaikan Indonesia USD4,9. Kita Indonesia di atas Rusia, Rusia mencatat USD4,5 miliar," bebernya.

Sementara itu, sebagai sektor penyumbang ekspor di bidang nasional, Agus menyampaikan bahwa nilai ekspor sektor industri manufaktur sepanjang 2024 sebesar USD196,5 miliar. Angka ini, lanjut Agus, tumbuh 5,11 persen dari ekspor industri nasional pada tahun sebelumnya atau 2023 yang mencatat nilai USD186,9 miliar.
 

Baca juga: 

Menperin: Industri Lokal Jangan Panik, Negosiasi Tarif Trump Masih Jalan!



(Tata Metal Lestari serta Krakatau Steel resmi melepas ekspor baja sebesar 10 ribu ton ke AS. MI/Naufal Zuhdi)

Ekspor baja lapis 10 ribu ton ke AS

Di tengah tarif impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia sebesar 19 persen, Tatalogam Group melalui Tata Metal Lestari serta Krakatau Steel resmi melepas ekspor baja sebesar 10 ribu ton atau senilai USD12,6 juta ke AS. Agus menyebut, pengiriman ini merupakan yang keempat.

"Jadi kepercayaan yang diberikan oleh Amerika kepada produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan, itu membuat kita bangga dan lega. Dan tentu ini juga harus menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan manufaktur lain, kita harus resilient, manufaktur tidak boleh cepat putus asa dari segala apapun dinamika yang dihadapi di lapangan," tegasnya.
 
Agus menyampaikan bahwa kegiatan yang dioperasikan di Tatalogam Group ini merupakan sebuah contoh yang sangat baik yang didukung sinergi antara perusahaan dengan Krakatau Steel, selaku penyuplai bahan baku baja lapis. Ia meyakini ekosistem industri baja nasional masih cukup kuat.
 
Sementara itu, Vice President Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi memaparkan bahwa baja lapis yang dikirimkan ke AS ini masih terkena subject section 232 yang terkena tarif flat 50 persen untuk semua negara ke AS. Meskipun begitu, produksi baja ini masih dicari dan masih menjadi pilihan untuk konsumen di AS. 

"Kami akan memaksimalkan dampak positif dari resiprokal tarif yang turun dari 32 persen ke 19 persen untuk produk hilir kami," cetusnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Keakatau Steel, Muhamad Akbar menyatakan bahwa produk baja dalam negeri masih mempunyai daya saing yang tidak kalah di market global. Ia menyebut, penetapan tarif 19 persen memacu produksi dalam negeri melakukan efisiensi yang masif, melakukan inovasi yang mempunyai daya saing sehingga bisa diterima pasar global.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)