Pertama Kalinya dalam Hampir 60 Tahun, Presiden Suriah Hadir dalam Sidang Umum PBB

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa hadiri Sidang Majelis Umum PBB di New York. Foto: Anadolu

Pertama Kalinya dalam Hampir 60 Tahun, Presiden Suriah Hadir dalam Sidang Umum PBB

Muhammad Reyhansyah • 22 September 2025 15:58

New York: Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa tiba di New York pada Minggu, 21 September 2025 untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB, menandai kehadiran perdana seorang kepala negara Suriah dalam hampir enam dekade.

Melansir dari Asharq Al-Awsat, Senin, 22 September 2025, terakhir kali seorang presiden Suriah menghadiri forum tersebut adalah pada 1967, sebelum rezim keluarga Assad berkuasa selama lima dekade. Kekuasaan Bashar al-Assad berakhir pada Desember lalu setelah digulingkan melalui serangan oposisi cepat yang dipimpin al-Sharaa, sekaligus mengakhiri perang saudara selama hampir 14 tahun.

Sejak berkuasa, al-Sharaa berusaha memulihkan hubungan dengan negara-negara Arab dan Barat. Namun, sebagian pihak sempat meragukan latar belakangnya yang terkait dengan kelompok Hayat Tahrir al-Sham, yang sebelumnya dikategorikan Amerika Serikat sebagai organisasi teroris.

Al-Sharaa kini mengusung pesan koeksistensi dan berusaha meyakinkan komunitas minoritas Suriah. Meski demikian, upaya rekonsiliasi itu terancam oleh munculnya kekerasan sektarian, termasuk tuduhan bahwa pasukan pro-pemerintah membunuh ratusan warga minoritas Druze dan Alawite.

Kunjungan al-Sharaa ke New York diperkirakan akan dimanfaatkan untuk mendorong pelonggaran sanksi demi mempercepat rekonstruksi ekonomi dan infrastruktur pascaperang. 

Pada Mei lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat bertemu al-Sharaa di Arab Saudi dan mengumumkan pencabutan sebagian besar sanksi yang diberlakukan pada masa Assad. Namun, sanksi paling ketat yang ditetapkan Kongres melalui Caesar Syria Civilian Protection Act 2019 tetap berlaku dan hanya bisa dicabut melalui pemungutan suara di parlemen.

Selain sanksi, hubungan dengan Israel juga menjadi sorotan. Sejak jatuhnya Assad, Israel semakin curiga terhadap pemerintahan baru di Damaskus. Israel merebut zona penyangga yang dulunya diawasi PBB di selatan Suriah serta melancarkan ratusan serangan udara ke instalasi militer Suriah.

Negosiasi untuk mencapai kesepakatan keamanan masih berlangsung. Al-Sharaa menyatakan pekan lalu bahwa kesepakatan dapat tercapai dalam hitungan hari, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu meredam optimisme tersebut. 

“Ada sedikit kemajuan, tetapi kesepakatan itu masih menjadi visi masa depan,” katanya.

Pada hari yang sama, pejabat pemilu Suriah mengumumkan bahwa pemilihan parlemen pertama sejak runtuhnya rezim Assad akan digelar pada 5 Oktober. Anggota Majelis Rakyat tidak dipilih secara langsung, melainkan melalui sistem elektoral di tiap provinsi untuk mengisi dua pertiga kursi, sementara sepertiga sisanya akan ditunjuk langsung oleh al-Sharaa.

Penyelenggara beralasan pemilihan langsung masih sulit dilakukan mengingat banyak warga Suriah kehilangan dokumen identitas atau hidup sebagai pengungsi di luar negeri setelah perang berkepanjangan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)