Pengetatan Kredit Dorong Perbaikan Kualitas Aset BBYB

Direktur Bisnis Bank Neo Commerce Aditya Windarwo. Foto: MTVN/Muhammad Adyatma Damardjati.

Pengetatan Kredit Dorong Perbaikan Kualitas Aset BBYB

Ade Hapsari Lestarini • 16 December 2025 22:01

Jakarta: PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menerapkan strategi pengetatan kredit sepanjang 2025 sebagai bagian dari konsolidasi bisnis perbankan digital. Kebijakan tersebut berdampak pada penurunan penyaluran kredit, namun mendorong perbaikan kualitas aset dan penguatan fundamental keuangan perseroan.

Dalam paparan Public Expose Tahunan BBYB, manajemen menyampaikan total kredit bank turun sekitar 16-17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan terutama terjadi pada segmen kredit korporasi dan consumer loans dengan imbal hasil tinggi, seiring perubahan kebijakan manajemen risiko.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono mengatakan langkah tersebut merupakan keputusan strategis untuk menata ulang portofolio kredit agar lebih berkelanjutan. Menurut dia, fase pertumbuhan agresif telah dilalui dan bank kini berfokus pada stabilitas serta tata kelola.

Strategi ini tercermin dari membaiknya indikator risiko. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross BBYB turun menjadi 2,9 persen per Oktober 2025 dari sebelumnya di atas tiga persen. Loan at Risk (LAR) dan cost of credit juga menunjukkan tren penurunan, sementara rasio coverage NPL berada di atas 200 persen.

"Pengetatan dilakukan melalui seleksi onboarding nasabah, penyesuaian risk assessment, serta penguatan proses know your customer (KYC). Perubahan komposisi kredit dari high yielding loans ke aset berkualitas lebih baik menekan margin bunga, namun dinilai lebih aman dalam jangka menengah," ujar Head of Corporate Planning & Investor Relations Bank Neo Commerce Christyani Angganingrum, Selasa, 16 Desember 2025.

Data perseroan menunjukkan laba Bank Neo Commerce melonjak menjadi Rp517 miliar per Oktober 2025, dari Rp20 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba didorong penurunan beban provisi dan perbaikan kualitas aset, meski total pendapatan menurun secara tahunan. Direktur Bisnis Bank Neo Commerce Aditya Windarwo menilai 2025 sebagai tahun konsolidasi sebelum perseroan kembali mendorong ekspansi kredit. Ke depan, pertumbuhan akan difokuskan pada segmen ritel digital dengan pendekatan lebih selektif.


 


Dorong transaksi digital


Selain pengetatan kredit, BBYB mulai menggeser fokus pertumbuhan dari ketergantungan pada pendapatan bunga menuju penguatan transaksi digital dan fee-based income. Strategi ini ditempuh untuk membangun model bisnis yang lebih berkelanjutan di tengah persaingan perbankan digital.

Aditya menjelaskan, kontribusi pendapatan nonbunga akan ditingkatkan melalui transaksi pembayaran, layanan keuangan harian, serta kemitraan ekosistem digital. Salah satu pilar utama adalah penguatan layanan pembayaran digital, termasuk QRIS. BBYB mencatat memiliki lebih dari 100 ribu merchant QRIS yang sebagian besar aktif, terutama di segmen usaha mikro dan kecil. Keunggulan yang ditawarkan antara lain kecepatan settlement hingga tiga kali dalam sehari untuk mendukung arus kas pelaku usaha.

"Digital bank itu bukan hanya soal ekosistem, tapi bagaimana kita membangun transaksi yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari nasabah," ujar Aditya.

Selain QRIS, perseroan mendorong pendapatan berbasis transaksi melalui pembayaran kebutuhan harian, pengembangan payroll, serta layanan bank as a service. Dengan proses berbasis aplikasi tanpa jaringan kantor fisik, cost to income ratio BBYB dapat dijaga di kisaran 30 persen sepanjang 2025.

Eri menegaskan penguatan transaksi digital diarahkan agar BBYB menjadi bank pilihan untuk aktivitas keuangan sehari-hari. Meski kontribusi fee-based income saat ini masih relatif kecil, manajemen optimistis strategi ini dapat menjadi mesin pertumbuhan baru dalam beberapa tahun ke depan. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Ade Hapsari Lestarini)