Muhammad Jazir. (Instagram/@masjidjogokariyan)
Riza Aslam Khaeron • 22 December 2025 12:18
Yogyakarta: Yogyakarta dan jejaring dakwah Indonesia berduka. Uztaz Muhammad Jazir ASP, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta sekaligus Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jogokariyan, meninggal dunia pada Senin, 22 Desember 2025.
Kabar duka tersebut disampaikan melalui akun Instagram resmi @masjidjogokariyan. Jenazah disemayamkan di Masjid Jogokariyan untuk dimandikan dan dishalatkan, sebelum dimakamkan usai salat Zuhur pada hari yang sama.
Di mata jamaah dan masyarakat, Uztaz Muhammad Jazir dikenal sebagai penggerak dakwah yang gigih di tingkat akar rumput.
Di bawah kepemimpinannya, Masjid Jogokariyan berkembang pesat, tidak hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai ruang pemberdayaan masyarakat. Berikut profil Uztaz Muhammad Jazir ASP yang berpulang pada Senin, 22 Desember 2025.
Latar Belakang Muhammad Jazir ASP
Berdasarkan hasil penelusuran, Muhammad Jazir ASP lahir di
Yogyakarta pada 28 Oktober 1962. Ia merupakan putra imam pertama Masjid Jogokariyan, sehingga sejak duduk di kelas lima sekolah dasar sudah akrab dengan aktivitas kemasjidan.
Sejak usia anak-anak, ia mulai dipercaya memimpin kegiatan keagamaan: pada umur 10 tahun ia menjadi ketua pengajian anak-anak di sebuah langgar kecil di kampung pinggiran selatan Yogyakarta, lalu sekitar empat tahun kemudian maju sebagai ketua remaja masjid—fase yang turut mengasah kemampuannya dalam mengelola kegiatan keislaman.
Pada era 1990-an, ketika suksesi kepala takmir lazim berjalan lewat aklamasi atau diteruskan oleh wakil, Jazir menolak mekanisme tersebut dan mendorong agar pemilihan ketua takmir dilakukan secara terbuka oleh jamaah.
Pada 1999, masjid menjalankan usulan itu dan Jazir terpilih sebagai ketua takmir; peristiwa tersebut menjadi tonggak pertama penyelenggaraan kepemimpinan masjid secara demokratis di Jogokariyan.
Pengalaman lain yang memperkaya cara pandangnya adalah kunjungannya ke Malaysia dalam rangka pendidikan Al-Qur’an. Di sana ia menyaksikan langsung bagaimana peran imam masjid tidak terbatas pada ritual keagamaan semata, melainkan juga mencakup peran sosial sebagai rujukan warga.
Gagasan tersebut dibawa dan diterapkan di Jogokariyan, di mana pengurus masjid diarahkan untuk turut menjawab kebutuhan sosial-ekonomi jamaah.
Jazir menempuh pendidikan tinggi di dua kampus, yaitu Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta.
Ia juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi dan lembaga, seperti Tim Ahli Pusat Studi Pancasila UGM, Wakil Ketua Pengarah AYODYA, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Presiden Direktur BKPAKSI, serta anggota Komisi Dakwah MUI DIY.
Pelopor Program Masjid Sahabat Duafa
Masjid Jogokariyan Yogyakarta. (JahlilMA/Wikimedia Commons)
Sejak awal, Muhammad Jazir ASP menempatkan masjid sebagai ruang yang hadir untuk warga, terutama mereka yang hidup dalam keterbatasan.
Gagasan tersebut terwujud dalam pendekatan khas yang dikenal sebagai konsep saldo masjid nol. Tidak seperti kebanyakan masjid yang mengumpulkan dana besar dan membiarkannya mengendap, Jazir mendorong agar dana infak yang masuk segera didistribusikan kembali ke masyarakat dalam bentuk program nyata.
Dana masjid dijadikan energi sosial yang terus berputar: dihimpun dari jamaah, dan dikembalikan kepada jamaah melalui layanan dan pemberdayaan.
Adapun program lainnya adalah ATM Beras, yang memungkinkan jamaah tidak mampu mengambil beras secara gratis dengan sistem kartu, sementara jamaah mampu bisa menjadi donatur pengisi.
Jazir juga menginisiasi wakaf produktif, termasuk pembelian sawah, yang hasil panennya digunakan untuk mendukung ketahanan pangan jamaah. Dalam konteks ini, masjid tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjelma sebagai pusat distribusi kesejahteraan sosial.
Program pemberdayaan lainnya yang dikembangkan di bawah kepemimpinannya sangat beragam, antara lain: pasar sore Ramadan, peci batik Jogokariyan, angkringan berbasis jamaah, layanan kesehatan/poliklinik, dan usaha katering. Semua inisiatif ini diarahkan untuk menggerakkan ekonomi jamaah dan menciptakan kemandirian berbasis komunitas masjid.
Jazir juga dikenal dengan sikap tegasnya terhadap pengabaian terhadap kaum miskin.
“Tidak mengajak memberi makan orang miskin itu mendustakan agama. Masjidnya bagus, ada tetangga tidak punya beras, tidak peduli. Itu bukan masjid, itu candi,” ungkapnya dalam sebuah kesempatan.
Muhammad Jazir ASP Tutup Usia
Sumber: Instagram/@masjidjogokariyan
Ustaz Jazir wafat pada Senin, 22 Desember 2025. Kabar duka tersebut diumumkan secara resmi melalui akun Instagram @masjidjogokariyan dan segera mengundang respons luas dari masyarakat, para tokoh dakwah, serta jajaran Persyarikatan Muhammadiyah.
Jenazah almarhum disemayamkan di Masjid Jogokariyan, tempat beliau mengabdi selama puluhan tahun, untuk dimandikan dan dishalatkan, sebelum dimakamkan usai salat Zuhur pada hari yang sama.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya tokoh yang disebut sebagai kader istimewa tersebut.
“Almarhum adalah kader Muhammadiyah yang dikenal tekun, gigih, dan memiliki komitmen kuat dalam menggerakkan dakwah Persyarikatan di tingkat akar rumput. Kiprahnya dalam membangun dan mengembangkan Masjid Jogokariyan menjadi teladan bagi gerakan masjid di Indonesia,” ujar Haedar, Senin, 22 Desember 2025.
Haedar menambahkan bahwa dedikasi Jazir bersifat menyeluruh—tidak hanya pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada penguatan peran sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masjid.
“Dedikasi Kiai Muhammad Jazir ASP dalam memakmurkan Masjid Jogokariyan tidak hanya berdampak pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada penguatan fungsi sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan misi Muhammadiyah dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat dan transformasi sosial,” tambahnya.
Sebagai bentuk penghormatan, Haedar mendoakan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan untuk melanjutkan perjuangan dakwah serta keteladanan yang telah diwariskannya.
“Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala khilafnya, diterima amal ibadahnya, serta mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Warisan keteladanan, semangat dakwah, dan pengabdian yang telah ditorehkan akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus,” tutup Haedar.
Model pengelolaan masjid yang diwariskan oleh almarhum telah menjadikan Masjid Jogokariyan sebagai rujukan nasional bagi masjid-masjid lain yang ingin menjadi pusat peradaban.
Meski kepergian Muhammad Jazir menjadi kehilangan besar bagi keluarga, jamaah Masjid Jogokariyan, dan Persyarikatan Muhammadiyah secara keseluruhan, warisan pemikiran dan semangat pengabdiannya diyakini akan terus menginspirasi.