Saham-saham global. Foto: Unsplash.
London: Saham-saham dunia menguat ke level tertingginya sejak akhir 2022 dengan optimisme akhir tahun yang tinggi. Hal ini terjadi di tengah harapan bank sentral besar seperti The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya awal tahun depan.
baca juga:
Pasar Saham Global akan Capai Rekor di 2024
|
Saham berjangka AS sebagian besar datar sehari setelah S&P 500 menyentuh level intraday tertinggi sejak Januari 2022. Saham-saham Eropa menguat, meskipun perdagangan secara umum tenang mengingat hari libur nasional di seluruh wilayah pada Senin dan Selasa.
Data menunjukkan, laba industri Tiongkok pada November membukukan kenaikan dua digit seiring membaiknya manufaktur secara keseluruhan. Namun lemahnya permintaan terus membatasi ekspektasi pertumbuhan bisnis, sehingga semakin menguatkan seruan untuk lebih banyak dukungan kebijakan makro.
Indeks saham dunia MSCI menyentuh level tertinggi dalam satu tahun dan naik 4,5 persen pada Desember. Sementara indeks MSCI yang mencakup saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang naik lebih dari satu persen ke level tertinggi dalam empat bulan.
"Kami masih memiliki pasar ekuitas yang kuat dan kemungkinan akan bertahan hingga Tahun Baru," kata kepala Ekonom SEB Jens Magnusson, dilansir
Channel News Asia, Rabu, 27 Desember 2023.
Sentimen risk-on di pasar dunia mengangkat euro ke level tertinggi dalam lebih dari empat bulan terhadap dolar. Sementara harga minyak merosot karena beberapa pengirim barang besar kembali ke Laut Merah, sebuah wilayah yang terganggu setelah kelompok militan Houthi di Yaman mulai menargetkan kapal-kapal pada awal bulan ini.
Saham Maersk turun hampir lima persen, dan saham-saham pelayaran lainnya juga melemah. Kondisi ini mengembalikan sebagian keuntungan bulan ini yang dipicu oleh ekspektasi penghentian lalu lintas di Laut Merah dapat meningkatkan suku bunga.
Nikkei Jepang menguat lebih dari satu persen, dan Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,7 persen pada hari perdagangan pertama setelah liburan Natal dan Boxing Day. Saham-saham unggulan (blue chips) Tiongkok menambah kenaikan marginal sebesar 0,35 persen.
Peluang penurunan suku bunga
Menurut alat CME FedWatch, perkiraan pasar saat ini menunjukkan peluang lebih dari 80 persen The Fed kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunganya pada Maret 2024 dengan lebih dari 150 basis poin pelonggaran diperkirakan akan terjadi sepanjang 2024.
Ahli Strategi Pasar Modal di divisi multi-aset di T. Rowe Price Tim Murray mencatat sebagian besar tahun ini dihabiskan karena ketakutan kenaikan suku bunga akan menyeret perekonomian ke dalam resesi.
"Untungnya, hal itu tidak terjadi, dan semakin dovish The Fed berarti kemungkinan resesi pada 2024 telah berkurang secara signifikan," kata dia.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS dan Eropa turun tipis karena para investor berpegang teguh pada pertaruhan penurunan suku bunga, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 1,5 basis poin menjadi 3,86 persen.