Sejumlah petinggi negara menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan krisis kemanusiaan di Gaza seharusnya tidak terjadi di era modern.
"Di sini saya ingin menyampaikan rasa penyesalan bahwa Presiden Palestina, Mahmoud Abbas tidak dapat bergabung dengan kita hari ini secara langsung pada saat Palestina semakin diakui oleh banyak negara," ucapnya dikutip dari Metro Siang, Metro TV, Rabu, 24 September 2025.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua negara yang telah menyatakan pengakuan mereka terhadap Negara Palestina dan menyerukan kepada mereka yang belum mengambil keputusan ini untuk segera bertindak," katanya.
Sambil menunjukkan gambar warga Gaza yang kesulitan mendapatkan makanan, Erdogan menegaskan kelaparan akut Gaza tidak sepatutnya terjadi di era modern kini.
"Marilah kita semua meletakkan tangan kita di atas nurani kita dan menjawab, apakah ada pembenaran yang masuk akal untuk kekejaman seperti ini di tahun 2025?" ujarnya.
"Namun, adegan memalukan ini atas nama kemanusiaan telah berulang setiap hari selama 23 bulan di Gaza. Ini adalah titik terendah kemanusiaan. Sejarah manusia belum pernah melihat kekejaman seperti ini dalam abad terakhir, semua ini terjadi di depan mata kita," sambungnya.
Erdogan menambahkan, serangan Israel terhadap Qatar menunjukkan Israel melakukan kejahatan tak terkendali.
"
Serangan Israel dilakukan terhadap delegasi yang sedang melakukan negosiasi gencatan senjata di Qatar. Serangan di Qatar menunjukkan bahwa Pemerintahan Israel telah kehilangan kendali sepenuhnya," katanya.
Erdogan menyeru kepada pemimpin dunia untuk berdiri bersama rakyat Palestina yang tertindas.
"Dengan tulus, saya berbicara kepada semua negara dan pemerintahan dari sini (dari hati). Hari ini adalah hari untuk berdiri teguh bersama rakyat Palestina yang tertindas atas nama kemanusiaan," ujarnya.