Jakarta: Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Bareskrim berhasil mengungkap berbagai kasus peredaran narkotika dalam dua bulan terakhir. Sejumlah kasus besar melibatkan jaringan internasional dengan modus penyelundupan melalui kargo ekspedisi resmi, hand carry yang disamarkan, hingga laboratorium produksi narkoba yang beroperasi di perumahan mewah.
Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada, mengungkapkan bahwa salah satu laboratorium narkotika yang berhasil diungkap berlokasi di Bogor. Tempat tersebut memiliki sistem keamanan ketat, sehingga sulit diakses oleh aparat penegak hukum tanpa penyelidikan mendalam.
Di antara pengungkapan terbesar yang dilakukan Polri adalah:
- 3 Februari 2025: Pengungkapan 1,1 ton tembakau sintetis di laboratorium clandestine di Kabupaten Bogor. Dua tersangka berinisial HP dan AA ditangkap.
- 7 Februari 2025: Pengungkapan 323 kilogram (kg) sabu di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Tamiang. Tersangka berinisial II dan M diamankan.
- 17 Februari 2025: Pengungkapan 120 kg sabu di Kabupaten Asahan, Bengkalis, dan Kota Dumai. Tiga tersangka berinisial MNH, SK, dan AS ditangkap.
- 24 Februari 2025: Pengungkapan 56 kg sabu di Kabupaten Langkat, dengan satu tersangka berinisial AH.
- 1 Januari 2025: Pengungkapan 612 kg tembakau sintetis di Kabupaten Bekasi, dengan dua tersangka berinisial DY dan AS.
Dalam operasi ini, sebanyak 16 warga negara asing (
WNA) turut diamankan. Mereka berasal dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Turki, dan Australia.
Dari penyelidikan yang dilakukan, ditemukan bahwa tujuh tersangka terdiri dari empat WNA dan tiga WNI merupakan bagian dari jaringan Fredy Pratama. Mereka ditangkap di lima lokasi berbeda, yakni Jakarta Utara, Kota Tangerang, Kabupaten Banjar, Kota Banjarmasin, dan Banjarbaru, dengan barang bukti 35,3 kg sabu dan 1.880 butir ekstasi.
Komjen Wahyu Widada menegaskan bahwa pengungkapan ini merupakan langkah preventif untuk melindungi masyarakat terutama generasi muda Indonesia dari ancaman narkoba.
“Kita harus memastikan generasi emas Indonesia tidak tumbuh dalam pengaruh narkoba. Potensi kita sangat besar dalam menyongsong bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045. Jangan sampai peredaran gelap narkoba merusak masa depan bangsa ini,” ujar Wahyu Widada dikutip dari
Breaking News Metro TV pada Rabu, 5 Maret 2025.
Ia juga mengapresiasi kerja keras seluruh pihak yang terlibat, termasuk
Bea Cukai dan direktorat reserse narkoba di berbagai Polda yang telah bersinergi untuk memberantas peredaran narkotika di Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kolaborasi dengan seluruh
stakeholder terkait agar peredaran gelap narkoba dapat diberantas secara tuntas,” tutupnya.
(Tamara Sanny)