Jakarta: Menjelang penutupan tahun 2025, dinamika ekonomi global masih diwarnai fluktuasi, mulai dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat hingga perlambatan permintaan dunia. Namun, di tengah tekanan tersebut, indikator domestik menunjukkan ketahanan yang relatif kuat.
Kondisi ini pun turut menjadi sorotan utama pelaku industri serta pemangku kebijakan untuk menilai prospek ekonomi Indonesia tahun 2026.
Tantangan pertumbuhan ekonomi 2026
Chief Economist
Bank Mandiri Andry Asmoro dalam paparan Macro Economic Outlook Q4 2025 menyatakan ada sejumlah tantangan perekonomian yang dihadapi yaitu konflik geopolitik yang meningkat, tantangan makro ekonomi global dan domestik, adaptasi regulasi, perubahan iklim dan risiko teknologi.
Peluang pertumbuhan ekonomi 2026
Namun di balik itu ada sejumlah peluang yang mengemuka yaitu ekonomi domestik resilien, digitalisasi dan adopsi AI, serta sumber pertumbuhan baru, di antaranya:
- Green energy, lifestyle, sustainable industri
- Sektor prioritas pemerintah: pangan, kepala sawit, energi, perumahan, perikanan, kesehatan
- UMKM
- Integrasi sektor keuangan dan pendalaman pasar
Resiliensi ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal bisa dilihat resiliensi ekonomi Indonesia pada kuartal kedua dan ketiga berada di atas 5%, dan diprediksi berada pada angka 5,08% pada kuartal keempat atau akhir tahun 2025.
Tren Kenaikan konsumsi di kuartal IV
Pada tren kenaikan konsumsi di kuartal IV yang dicatat ekonom Bank Indonesia menunjukkan peningkatan konsumsi pada kuartal IV 2025 leading indicator seperti belanda retail, indeks kepercayaan konsumen, dan Mandiri Spending Index (MSI) tercatat tumbuh lebih tinggi di bulan Oktober dan November, di tengah pola musiman menjelang akhir tahun.
Belanja negara
Meski tingkat konsumsi masyarakat tercatat tumbuh, untuk mendorong perekonomian kuartal IV 2025 diperlukan realisasi belanja pemerintah yang berkualitas dan sesuai target.
Laju ekonomi 2025
Melihat kondisi itu, tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% di tahun 2026, didorong konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi, kebijakan fisla ekspansif, dan program strategis pemerintah.
Sumber: OCE BMCI Analysis