27 October 2024 10:49
Kesenjangan perkampungan kumuh dan kehidupan yang tidak layak masih menjadi masalah besar di DKI Jakarta. Seperti yang dialami warga RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, yang harus tinggal beramai-ramai dalam satu rumah berukuran sempit dan harus tidur bergantian.
Jakarta akan bertransformasi menjadi kota global dan menjadi penopang ekonomi nasional, setelah tidak lagi menjadi Ibu Kota. Namun, ironisnya masih banyak masalah yang ditemui di Jakarta. Tidak hanya di pinggiran kota, masalah sosial dan ekonomi juga ditemui di perkampungan yang ada di tengah Kota Jakarta.
Seperti halnya di RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. RW 12 terdiri dari 11 RT. Perkampunagn seluas 2,5 hektare ini ditinggali hampir 2.500 jiwa. Takayal RW 12 menjadi salah satu perkampungan padat penduduk di Jakarta.
Para warga tinggal di gang-gang sempit dan rumah yang tidak layak huni. Perkampungan ini jaraknya hanya 5 kilometer dari Balai Kota Jakarta dan Istana Kepresidenan, namun warganya harus tinggal berdempetan di lingkungan yang padat penduduk dan tidak layak huni.
Sebagian warga di kampung ini juga terpaksa tinggal beramai-ramai dalam satu rumah berukuran 2x4 meter. Bahkan ada rumah yang ditinggali lima kepala keluarga.
Rahayu, perempuan 60 tahun yang seghari0hari bekerja sebagai penjual kue harus tinggal di rumah tiga lantai berukuran 2x4 meter. Di rumah warisan orang tuanya ini, Rahayu tinggal bersama putrinya Rosita, menantu, dua orang cucu dan satu putranya.
"Enam orang, ibu saya, saya, suami saya, anak saya dua dan adik saya." kata Rosita, warga RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Mereka tidak punya pilihan, mereka harus tidur berdempetan di rumah sempit yang jauh dari kata nyaman. Bahkan, tidak jarang beberapa anggota keluarga memilih beristirahat di fasilitas umum di kampung mereka.
Ketua RW 12, Imron Buchari membenarkan banyak warganya yang tinggal berjubel dalam satu rumah. Pria yang sudah menjadi ketua RW sejak 2013 ini menyebut, dari 11 RT di wilayahnya ada 6 RT yang warganya hidup di bawah kata layak. Selain tidur bergantian, banyak juga warga yang tidur di depan balai RW karena keterbatasan tempat di rumah meraka.