Untuk meminimalisir tindakan bullying atau perundungan di lingkup sekolah, baik yang dilakukan sesama murid maupun guru terhadap murid dan sebaliknya, Yayasan Sukma meminta agar sekolah mempunyai manajemen konflik berbasis sekolah (MKBS).
Yayasan Sukma juga menekankan pentingnya pengetahuan guru maupun murid akan bahaya perundungan yang terjadi melalui media sosial.
Kampanye dan sosialisasi akan bahaya perudungan terhadap perwakilan sekolah dan tenaga pengajar dari berbagai daerah ini dilakukan di Aula Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat.
Yayasan Sukma sebagai inisiator menekankan akan bahaya perundungan yang dapat mengakibatkan korbanya mengalami depresi berkepanjangan.
Untuk itu, Yayasan Sukma meminta agar sekolah mempunyai manajemen konflik berbasis sekolah. MKBS perlu diterapkan di sekolah untuk mencegah penggunaan kekerasan dalam penyelesaian masalah, serta membentuk sikap dan perilaku damai dan non kekerasan pada siswa.
Selain edukasi dan peningkatan SDM untuk tenaga pengajar seperti guru, pentingnya kontrol penggunaan media sosial di lingkup sekolah juga dinilai mampu menekan aksi perundungan.
"Ada beberapa cara yang kami lakukan untuk memutus rantai kekerasan, ada perubahan melalui individu kemudian juga yang paling penting adalah secara sistem," tutur Direktur Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Sukma, Dody Wibowo.