Raungan Gunungan Sampah Bantargebang

26 May 2025 13:49

Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang menjadi titik akhir perjalanan lebih dari 7.000 ton sampah setiap harinya. Sampah dari seluruh penjuru Jakarta sejak 36 tahun lalu menumpuk menjadi gunungan sampah seluas sekitar 120 hektare. Tim Metro TV melihat langsung kondisi TPST Bantargebang. Bau tak sedap sudah menyambut kami saat memasuki kompleks TPST Bantargebang, terutama saat angin cukup kencang berhembus.
 
Antrean truk pengangkut sampah menjadi pemandangan lumrah di sini. Ribuan truk dalam satu hari berlalu lalang untuk meng-edrop sampah yang sudah diangkut dari berbagai wilayah di Jakarta.
 
Tak hanya melihat kondisi di TPST Bantargebang, kami juga menyempatkan diri untuk berbincang dengan sejumlah warga sekitar yang ternyata memiliki sejumlah keluhan seperti jalan berlubang dan rusak parah.
 
“Saya sudah dua tahun tinggal di sini. Jalannya ini nih suka macet terus jalannya sudah pada rusak. Jadi kalau kita naik motor itu penuh dengan ketakutan karena banyak lubang apalagi musim hujan kita takut naik motornya licin lagi. Kalau jatuh sering, apalagi musim hujan,” tutur Teti selaku warga Bantargebang.
 
Tak hanya warga sekitar, gunungan sampah Bantargebang tentu menyimpan banyak permasalahan. Ancaman longsor hingga emisi yang mencapai 123 ribu ton sepanjang tahun 2024. Belum lagi ancaman overload atau tak lagi mampu menampung sampah-sampah warga Jakarta.
 

Baca: Alat Berat di TPA Sumurbatu Rusak, Wali Kota Bekasi Minta ke Gubernur DKI

Dari sekitar tahun 2017 sampai 2024, volume sampah yang diterima TPST Bantargebang dari Jakarta setiap tahunnya selalu meningkat. Meskipun sempat ada penurunan pada Covid di tahun 2020-2021, namun setelah itu ketika kondisi perekonomian kembali bergerak, tampaknya sampah-sampah yang diterima TPST Bantargebang kembali meningkat.
 
Kepala Unit Mengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Agung Pujo Winarko mengkonfirmasi sejumlah permasalahan di balik Gunung Bantargebang.
 
“Jadi seluruh kota Jakarta itu dia bermuaranya ada di endingnya itu ada di TPST Bantargebang. Ini permasalahan yang tentu kalau musim hujan itu ada potensi terjadinya longsor tentunya. Pergeseran terhadap sampah-sampah. Kemudian kalau musim kemarau itu ada potensi juga terjadi kebakaran,” kata Agung dikutip dari Metro Siang, Metro TV, Senin, 26 Mei 2025.
 
“Berapa persen berarti kapasitasnya sekitar 80% Kalau kita melihat itu memang enggak lama lagi sebenarnya. Kita harus perhatikan kemiringan lerengnya kita harus tetap jaga terus gitu kan. Nah, ini memang sudah hampir overload kalau kita lihat nih. Makanya kita akan melakukan upaya-upaya tentunya untuk bisa mengurangi sampah yang masuk ke Bantargebang,” sambungnya.
 
TPST Bantargebang berkapasitas 2.000 ton. Sebanyak 1.000 ton merupakan sampah yang masuk dari Jakarta. Kemudian 1.000 sisanya ditambang menjadi (Refuse Derived Fuel) RDF.
 
“Kemudian yang kedua kita juga membangun di sini ada pembangkit listrik tenaga sampah. Memang kapasitasnya hanya 100 ton. Saat ini kita sedang kita bangun itu adalah pengolan sampah menjadi RDF dengan kapasitas 2.500 ton di dalam kota Jakarta. Rencananya memang kita bisa dioperasionalkan di tahun ini,” ucapnya.
 
Sementara terkait jalan rusak, Agung menyebut jalanan tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah setempat. “Kalau terkait jalan memang kami bertanggung jawab itu untuk yang berada jalan yang berada di dalam areal TPST Bantargebang. TPST Bantargebang itu berada di Kota Bekasi memang ini menjadi tanggung jawabnya dari pemerintah setempat untuk menyelesaikan atau memperbaiki,” jelas Agung.
  

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)