Konflik bersenjata terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan di Ibu Kota Khartoum 15 April lalu. Hal ini membuat Sudan Airlines mengumumkan penangguhan seluruh penerbangan domestik dan internasional.
Operator telekomunikasi Sudan MTN mengumumkan telah menangguhkan layanan jaringan lokal atas permintaan Otoritas Komunikasi Nasional Sudan pada 16 April 2023.
Dilansir dari situs Misi Tetap Tiongkok untuk PBB, pada 25 April, Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB Zhang Jun meminta pihak-pihak yang bertikai di Sudan untuk sesegera mungkin melakukan gencatan senjata demi menghindari eskalasi lebih lanjut.
Pada hari yang sama, WHO mengeluarkan pernyataan bahwa salah satu pihak dalam konflik bersenjata di Sudan telah mengambil alih laboratorium lokal, dan WHO menilai hal tersebut menimbulkan risiko bahaya biologis yang tinggi di Sudan.
Sekitar 270 ribu orang telah melarikan diri dari Sudan menuju ke Chad dan Sudan Selatan. Selain itu, diperkirakan hampir 15 juta orang di Sudan membutuhkan bantuan darurat kemanusiaan.
Dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet, pada tanggal 24 April lalu Menlu Retno Marsudi mengeluarkan pernyataan tertulis dan menyampaikan bahwa pemerintah telah mengevakuasi sebanyak 538 orang WNI dari Sudan, yang terdiri dari 273 orang perempuan, 240 laki-laki dan 25 balita.
Sebagian besar WNI yang dievakuasi adalah mahasiswa, pekerja migran, karyawan perusahaan Indofood, dan staf KBRI beserta keluarga.
Pemerintah mengidentifikasi masih terdapat 289 WNI di Sudan. Retno mengimbau agar setiap WNI yang masih berada di Sudan dan belum melaporkan diri agar segera melaporkan keberadaannya ke KBRI Khartoum sehingga dapat dievakuasi pada tahap kedua.