Kehadiran satu unit mobil Esemka di halaman Pengadilan Negeri Surakarta menjadi sorotan. Kuasa hukum penggugat sengaja menghadirkan mobil tersebut sebagai bagian dari pembuktian dalam sidang gugatan wanprestasi melawan mantan Presiden Jokowi.
Kuasa hukum penggugat, Sigit N Sudibyanto menjelaskan bahwa mobil Esemka tersebut dihadirkan untuk membuktikan kepada hakim bahwa unitnya memang ada, meskipun sangat sulit dicari di pasaran. Ia juga menceritakan bahwa kliennya, Aufaa Luqmana Re A, telah membawa mobil bekas yang baru didapatnya itu untuk diservis di pabrik Esemka di Boyolali.
"Di sana tidak ada aktivitas produksi, manufaktur, atau penjualan sparepart dan mobil. Hanya melayani servis saja, itu pun mekaniknya tidak banyak," ujar Sigit dalam Primetime News Metro TV, Kamis 31 Juli 2025.
Terkait alasan menggugat pejabat publik seperti Jokowi dan Ma'ruf Amin dalam ranah perdata, Sigit menjelaskan hal itu dilakukan untuk melengkapi syarat formil gugatan. "Tergugat satu yaitu Pak Jokowi dan tergugat dua Bapak Ma'ruf Amin ini kan terus-menerus menyampaikan pernyataan kepada publik dan menggandeng PT Esemka untuk menindaklanjuti program mobil nasional. Ini adalah bukti keseriusan, tapi sampai sekarang tidak terealisasi," jelasnya.
Sementara pakar hukum pidana, Prof. Hibnu Nugroho menilai gugatan ini sebagai "test case" yang menarik, yaitu apakah janji politik seorang pejabat publik bisa digugat secara perdata sebagai wanprestasi. Ia menyoroti kesulitan hukum dalam gugatan ini karena subjek yang digugat adalah pejabat politik yang membuat janji politik, bukan individu yang terikat perjanjian perdata.
"Apakah pejabat politik yang ketika itu memberikan janji-janji mobil yang kemudian tidak terealisasi bisa digugat dalam perdata? Inilah yang kita test case hari ini. Kalau ini nanti suatu saat dikabulkan, hati-hati pejabat publik yang (memberi) janji-janji," tuturnya.
Streaming