Aksi korporasi besar tengah mengguncang lanskap industri startup di Indonesia. Dua perusahaan raksasa digital dikabarkan tengah dalam proses akuisisi terhadap unicorn lokal.
Grab disebut akan segera mengakuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Sementara induk TikTok, Bytedance, disebut tengah menjajaki akuisisi terhadap online travel agent Traveloka.
Informasi mengenai rencana akuisisi GoTo oleh Grab pertama kali mencuat dari sumber yang mengetahui proses transaksi tersebut. Grab dikabarkan telah menyewa penasihat keuangan dan hukum untuk mengeksekusi kesepakatan ini, dan nilai akuisisi diperkirakan mencapai USD7 miliar atau sekitar Rp114,8 triliun.
Aksi ini disebut-sebut akan rampung pada kuartal II-2025. Namun, pihak GoTo belum mengonfirmasi secara langsung kabar tersebut.
Sekretaris Perusahaan GoTo, R A Koesoemohadiani, menyatakan bahwa memang pihaknya menerima berbagai pernawaran dari sejumlah pihak. Namun, dirinya tidak menyebut siapa pihak yang bersangkutan.
Sebab, saat ini manajemen sedang menjajaki dan mengevaluasi secara menyeluruh dan hati-hati dengan tujuan meningkatkan nilai jangka panjang bagi pemegang saham. Isu akuisisi ini menambah spekulasi soal konsolidasi bisnis digital di tengah tekanan efisiensi dan perlambatan pendanaan global terhadap sektor startup.
Sementara itu, kabar akuisisi juga datang dari Traveloka. Bytedance, induk usaha
TikTok yang berbasis di Tiongkok, dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih perusahaan OTA tersebut. Informasi ini pertama kali diungkap oleh DealStreetAsia, yang menyebutkan bahwa pembicaraan antara kedua pihak telah kembali digelar.
Meski begitu, baik pihak Traveloka maupun Bytedance belum memberikan konfirmasi resmi. Juru bicara Traveloka menyatakan saat ini perusahaan masih fokus memberikan layanan perjalanan terbaik kepada pelanggan dan memperluas jangkauan pasar di kawasan Asia Pasifik.
Bytedance sendiri menepis isu akuisisi langsung, meskipun mereka telah menyematkan fitur pemesanan hotel dan
voucher restoran dalam
platform TikTok untuk pasar Indonesia dan Thailand sejak tahun lalu. Fitur ini menggandeng mitra seperti Agoda, Tiket.com, dan Traveloka.
Sebelumnya,
South China Morning Post juga sempat melaporkan bahwa TikTok memang berencana bekerja sama dengan operator lokal dalam menyediakan layanan travel dan
food delivery di Asia Tenggara sejak 2024.
Kabar ini memunculkan tanda tanya besar terkait masa depan industri
startup lokal, yang saat ini masih dibayangi tekanan global seperti suku bunga tinggi, pendanaan yang lebih selektif, serta tuntutan efisiensi operasional.
Apakah langkah merger dan akuisisi ini menjadi solusi bagi keberlanjutan model bisnis unicorn Indonesia? Dan bagaimana nasib ekosistem digital Tanah Air jika dua pemain besar seperti Grab dan Bytedance benar-benar menguasai pangsa pasar dalam negeri?
Jawabannya akan terkuak dalam beberapa bulan ke depan. Kedua aksi korporasi tersebut dikabarkan akan diumumkan secara resmi pada kuartal II tahun 2025.
(Tamara Sanny)