Perwakilan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Septian Paath mengapresiasi DPR RI atas pengesahan Panitia Khusus (Pansus) Penyelesaian Konflik Agraria. Namun, ia mengingatkan bahwa agraria merupakan masalah sistemik yang harus diselesaikan dengan cara yang luar biasa.
"Tak hanya sampai ke panitia khusus saja karena selesai konflik dibagi-bagi lahan tanah kepada rakyat, baru negara hanya akan bersikap sebagai bagi-bagi sertifikat saja. Kami tidak melihat itu sebagai tindakan yang yang lebih jauh. Jadi dia masih kulitnya," kata Septian saat melakukan audiensi dengan pimpinan DPR RI, Kamis, 2 Oktober 2025.
Dalam kesempatan itu, Septian juga menyinggung soal serakahnomics yang sering disebut oleh Presiden Prabowo Subianto. Ia pun setuju dengan istilah tersebut.
"Kami terdorong dengan semangat Bapak Presiden bahwa masalah pokok bangsa ini adalah serakahnomics," ujarnya.
Pada Hari Tani lalu, muncul juga istilah semangat reforma agraria. Menurut Septian, semangat reforma agraria dan serakahnomics merupakan istilah yang saling bertentangan.
"Reforma agraria itu kan pemerataan kepemilikan dan mengatur tentang bagaimana masyarakat, tanah, atau ruang angkasa atau air berhubungan langsung dengan manusia, itu disemangat reforma agraria. Sementara serakahnomics itu orang yang serakah yang ingin menguasai lahan, ruang angkasa, dan air," jelasnya.
Septian mengutip kutipan dari
Mahatma Gandhi yang berbunyi: "
Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak untuk keserakahan setiap orang". Kutipan tersebut kini kembali diangkat oleh Presiden Prabowo.
"Luar biasa," ucapnya.
Septian juga mengungkap besarnya jumlah aset kekayaan yang dimiliki negara. Sementara, keluarga
petani rata-rata tidak memiliki lahan yang luasnya mencapai 1 hektare.
"Penyelesaian konflik bagi kami. Jadi, setelah redistribusi bagi kami harus ada pemberdayaan. Pak Presiden visi utamanya yaitu supaya kedaulatan pangan dan energi terwujud. Bagaimana pangan kita berdaulat kalau tanah atau petani tidak berdaya, apalagi tidak punya akses terhadap tanah? Nah, inilah masalah kita," tegasnya.