Zein Zahiratul Fauziyyah • 15 October 2025 09:59
Jakarta: Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati salah satu momentum penting dalam sejarah perjuangan nasional, yaitu Hari Sumpah Pemuda. Tentunya momen ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan simbol dari kekuatan dan persatuan generasi muda dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.
Pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Dalam kongres tersebut, mereka mengikrarkan satu tekad bersama yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda, dengan isi:
"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia"
"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia"
"Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia"
Ikrar ini menjadi tonggak sejarah penting yang menyatukan perbedaan etnis, bahasa, dan budaya di bawah satu identitas bersama yaitu Indonesia.
Semangat Persatuan
Meskipun
Sumpah Pemuda lahir hampir satu abad yang lalu, semangatnya tetap relevan hingga hari ini. Jika dulu para pemuda berjuang melawan penjajahan fisik, maka pemuda masa kini dihadapkan pada tantangan yang berbeda, mulai dari polarisasi sosial di dunia digital, rendahnya kepedulian terhadap sesama, hingga tantangan globalisasi yang mengikis identitas nasional.
Di era media sosial, semangat persatuan justru diuji lebih berat. Arus informasi yang cepat sering memicu perpecahan dan perdebatan yang tidak produktif. Di sinilah semangat
Sumpah Pemuda perlu dihidupkan kembali, bukan dalam bentuk perlawanan bersenjata, melainkan perjuangan menjaga empati, kolaborasi, dan solidaritas di dunia modern.
Peran Pemuda di Era Modern
Generasi muda saat ini memegang peran besar dalam membangun masa depan bangsa. Mereka tidak lagi hanya menjadi penerus, tetapi juga penggerak perubahan. Melalui kreativitas, inovasi, dan teknologi, pemuda Indonesia kini bisa berkontribusi dari mana saja, bahkan secara global.
Banyak anak muda yang aktif mengembangkan startup lokal, membangun komunitas sosial, mempromosikan budaya Indonesia, hingga menciptakan konten edukatif yang menginspirasi. Semua itu merupakan bentuk nyata semangat Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian: bersatu dalam karya, bukan hanya dalam kata.
Menghidupkan Kembali Sumpah Pemuda
Peringatan
Hari Sumpah Pemuda seharusnya tidak berhenti pada upacara atau unggahan di media sosial. Lebih dari itu, momen ini menjadi pengingat bahwa perbedaan bukan penghalang untuk bersatu. Semangat 1928 harus dihidupkan kembali dalam bentuk kolaborasi lintas generasi, lintas profesi, dan lintas budaya.
Menjadi pemuda hari ini berarti berani berpikir kritis, peduli pada lingkungan sekitar, dan tetap menjunjung nilai-nilai kebangsaan. Karena di tengah dunia yang semakin terbuka, semangat persatuan justru menjadi kunci agar Indonesia tetap kuat, berdaulat, dan berdaya saing.
Sobat
MTVN Lens, Sumpah Pemuda bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga kompas moral bagi generasi penerus bangsa. Di era serba digital ini, makna “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” harus terus dijaga dan dimaknai ulang agar tetap relevan dengan zaman.
Sebab pada akhirnya, kemajuan Indonesia akan sangat bergantung pada sejauh mana para pemudanya bisa bersatu dalam semangat yang sama, membangun negeri dengan hati, dengan aksi, dan dengan harapan.
Jangan lupa saksikan MTVN Lens lainnya hanya di
Metrotvnews.com.