Refleksi Perempuan oleh Menteri PPPA Arifah Fauzi di Hari Kartini

23 April 2025 11:31

Meski emansipasi berjalan maju seiring dengan reformasi bangsa, napas perempuan Indonesia tidak sepenuhnya lepas dari sesak. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi pada Segmen Ketok Pintu, Selamat Pagi Indonesia, Rabu, 23 April 2025.
 
“Tantangan terbesar perempuan di era kini adalah stereotipe dan stigma bahwa perempuan tidak layak ada di dunia publik. Tempat pas bagi perempuan adalah di dunia domestik dan urusan rumah tangga. Kedua adalah budaya patriarki yang masih ada di wilayah tertentu,” kata Arifah dalam Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Rabu, 23 April 2025.
 
“Cukup sulit membangkitkan kesadaran nonpatriarkis karena ini perlu bekerja sama dengan berbagai pihak. Yang ketiga adalah para penentu kebijakan yang belum berperspektif gender,” tambahnya.
 
Maraknya kasus pelecehan hingga kekerasan seksual akhir-akhir ini menjadi bukti perempuan tidak sepenuhnya dapat mengaktualisasikan diri dengan aman. Kasus ibu hamil yang dilecehkan oknum dokter kandungan laki-laki tak luput dari perhatian Arifah.
 

Baca: Pemkab Garut Beri Pendampingan Korban Pelecehan Oknum Dokter Kandungan

“Saya juga terkafet-kaget ya. Karena dunia medis yang seharusnya sangat aman untuk pasien justru terungkap bobroknya satu demi satu. Pertama pemerkosaan pasien oleh dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, kemudian di Garut, dan terbaru saya dengar di Malang. Hal itu mungkin terjadi karena ruangannya sepi. Saya setuju dengan ide perlunya pemeriksaan psikologis secara rutin bagi para dokter,” sambungnya.
 
“Supaya ini tidak terjadi kemabli kami harus membangkitkan kesadaran perempuan-perempuan Indonesia khususnya kaum muda bagaimana menyikapi gelagat tidak wajar berbau seksual dari orang lain. Harus berani melawan dan speak up,” katanya.
 
Berdasarkan survei nasional pengalaman hidup perempuan, satu dari empat perempuan Indonesia pernah mendapatkan kekerasan. Menurut Arifah, kekerasan terhadap perempuan dapat muncul dari hal-hal yang tampak sepele.

“Kekerasan pada perempuan dalam rumah tangga masih menganggap bahwa suami lebih berkuasa terhadap diri istrinya sehingga dia bisa melakukan apapun. Padahal baik laki-laki dan perempuan memiliki fungsi yang sama dalam rumah tangga. Bedanya hanya perempuan dapat melahirkan dan menyusui. Perihal mendidik, mengatur rumah tangga itu ketersalingan antara suami dan istri,” ucapnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)