Setelah aksi demonstrasi bergelombang yang berujung anarkistis pada akhir pekan lalu, situasi di sejumlah wilayah Indonesia kini sudah mulai kondusif. Sebaliknya, yang muncul ialah aksi damai, dengan membagikan bunga kepada aparat keamanan, meski tetap dalam koridor memprotes kebijakan pemerintah dan menuntut penghentian aksi represif aparat.
Tidak ada lagi aksi adu otot massa aksi dengan aparat keamanan. Yang ada kini adalah adu bahu. Massa aksi dan aparat keamanan saling berpelukan di tengah aksi damai. Mereka juga bahu-membahu membersihkan bekas-bekas kerusakan akibat bentrokan selama demonstrasi.
Tentu kita semua berharap situasi kondusif ini terus berlanjut dan terus dijaga. Kita ingin suasana itu tidak dinodai dan dirusak kembali dengan lontaran kata yang menyakitkan dan memicu amarah. Sebab bila kekakacauan kembali terjadi, ongkosnya terlalu mahal buat bangsa ini.
Kementerian Pekerjaan Umum menghitung total kerugian akibat aksi unjuk rasa di berbagai daerah di Indonesia diperkirakan mencapai hampir Rp900 miliar, dengan jumlah tertinggi di wilayah Jawa Timur. Jika boleh memilih uang sebesar itu akan lebih baik jika digunakan untuk membangun atau hal yang lebih bermanfaat lainnya. Namun yang sudah terjadi biarlah berlalu.
Dari sisi politik, langkah sejumlah parpol menonaktifkan anggota DPR yang memicu masalah patut juga diapresiasi. Ini bisa menjadi pelajaran bagi anggota DPR dan para pejabat lainnya untuk lebih bijak dalam bertindak dan bertutur kata.
Mengutip petuah Ali bin Abi Thalib, anggota DPR dan para pejabat pemerintah mesti pandai berpuasa lidah, yaitu pengendalian diri dari ucapan menyakitkan, fitnah, atau negatif, serta penggunaan kata-kata secara bijak, jujur, dan sopan untuk menciptakan harmoni. Mereka juga harus belajar meredam emosi.
Kemarahan rakyat harus disikapi dengan bijak, bukan dengan emosi sehingga melontarkan kata-kata yang menyakitkan rakyat. Di masa mendatang, ada baiknya parpol melakukan tes kejiwaan terhadap calon-calon legislatifnya untuk mengetahui tingkat emosi mereka.
Situasi kondusif dan suasana politik yang tenang ini perlu dipertahankan agar pertumbuhan ekonomi juga dapat terjaga. Ini penting untuk menciptakan ketenangan bagi
investor dan mencegah mereka kabur dari Indonesia. Kita tentu tidak ingin kejadian ketika pasar saham mencatat "net sell" asing secara besar-besaran hingga mencapai Rp2,2 triliun pada Senin (1/9) lalu kembali terulang.
Situasi kondusif dan suasana politik yang tenang ini juga menjadi modal penting untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 5,3% seperti yang menjadi target pemerintah. Pun, penting untuk menjaga defisit APBN tetap di bawah 3?ri produk domestik bruto (PDB).
Seiring terciptanya situasi kondusif sudah saatnya kita semua kembali bekerja dan mengusahakan perbaikan ke depan untuk Indonesia dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Jangan terus larut dalam kecemasan, meski tetap harus waspada akan berbagai kemungkinan. Pemerintah harus kembali merebut kepercayaan rakyat dan dunia usaha.
Jangan biarkan ekonomi kita terus-terusan diguncang dengan berbagai persoalan. Demikian pula dengan demokrasi kita, mesti dijaga betul jangan sampai dikoyak, dirusak oleh kepentingan yang mengatasnamakan rakyat, tapi sebetulnya hanya untuk memenuhi ambisi pribadi atau kelompok.