Jaga Rupiah, BI Naikkan BI7DRR ke 6%

24 October 2023 14:33

Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur pekan lalu secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin ke level 6,00 persen. Kenaikan ini merupakan salah satu strategi untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian global. 

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Kamis, 19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6%, suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, dan suku bunga landing facility sebesar 25 basis poin menjadi 6,75%. 

Kenaikan ini merupakan salah satu strategi untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian global. Selain itu, juga sebagai langkah preemptif dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor sehingga inflasi tetap terkendali di sasaran 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024. 

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 6,00 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan, Kamis, 19 Oktober 2023.

Untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Bank Indonesia memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran dengan sejumlah langkah. Pertama, stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi SPOT, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder. 

Kedua, penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk di dalamnya sekuritas rupiah Bank Indonesia. Ketiga, penerbitan sekuritas valas Bank Indonesia dan sukuk valas Bank Indonesia sebagai instrumen moneter yang promarket untuk pendalaman pasar keuangan. 

Keempat, penguatan implementasi kebijakan makroprudensial longgar. Kelima, pelonggaran likuiditas dengan penurunan rasio penyanggah likuiditas makrprudensial. Keenam, pendalaman kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit. Lalu ketujuh, percepatan digitalisasi sistem pembayaran. 

Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan kebijakan fiskal juga terus ditingkatkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi dari pengaruh hambatan ketidakpastian global yang masih tinggi. Bank Indonesia juga memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong kredit kepada dunia usaha. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)