Lika-liku Raih Mimpi Swasembada Energi

29 October 2024 11:45

Indonesia tengah berusaha mewujudkan kedaulatan energi dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) dari sumber daya alam yang melimpah, untuk mencapai swasembada energi. Salah satunya dengan memanfaatkan panas bumi (geothermal).

Sumber dan cadagan geothermal di Indonesia dibagi menjadi delapan wilayah. Paling banyak ada di wilayah Sumatra. Sementara sudah ada sejumlah pembangkit listrik tenaga panas (PLTP) yang tersebar di Indonesia.

Meski 40% potensi geothermal dunia ada di Indonesia, tampaknya penolakan terhadap proyek ini tak bisa dihindari. Salah satunya Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Pada 2013 dibangun geothermal tepatnya di Desa Batukuwung.

Ketakutan warga Padarincang bukan tanpa alasan. Sebab proyek geothermal di berbagai daerah, sudah berdampak pada aktivitas warga. Salah satunya, kebocoran geothermal yang terjadi di sejumlah wilayah seperti Mandailing Natal, Dieng hingga Mataloko.

"Saya rasa menjadi wajar kalau kekhawatiran itu muncul," jelas manajer kampanye tambang dan energi Walhi, Fanny Tri Jambore Christanto.
 

Baca juga: KCE-KTI Dorong Transisi Energi Lewat PLTS Atap

Secara sederhana, panas bumi di bawah permukaan akan memanaskan air tanah. Air kemudian menjadi uap yang menggerakkan turbin generator listrik. Lalu listrik akan dialirkan transmisi PLN, untuk didistribusikan.

Panas bumi ini tidak akan habis. Namun geothermal memerlukan air dalam jumlah banyak, untuk mengekstraki cairan panas bumi.

Sementara di Padarincang luas sawah yang mencapai 379,2 hektare dan menjadikan Padarincang sebagai penghasil padi terbesar di Kabupaten Serang, tentu pembangunan geothermal menjadi ancaman serius. Belum lagi, mata air di Padarincang yang melimpah, kini mulai berkurang.

Hal inilah yang membuat warga Padarincang konsisten menolak proyek geothermal. Kini proyek tersebut belum dilanjutkan, bahkan akses jalan diblokade warga.

Sementara Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi ESDM, Eniya Listiani Dewi menyebut bahwa pembangunan geothermal Padarincang memang dihentikan karena alasan sosial. Meski Ia tak merinci masalah apa yang dimaksud.

Sebenarnya geothermal menjadi salah satu cara agar Indonesia bisa mencapai swasembada energi. Namun ternyata masih banyak terjadi penolakan masyarakat yang merasakan dampak negatif dari dibangunnya proyek geothermal.

Kalau menurut anda, apakah dampak negatif ini sepadan dengan dampak positif yang dihasilkan dari geothermal? Dan apakah bisa dampak negatif tersebut diminimalisir agar semua pihak sama-sama bisa merasakan dampak positif dari geothermal?

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)