Zein Zahiratul Fauziyyah • 18 December 2025 10:51
Jakarta: Pertanyaan mengenai apakah kucing bisa menangis seperti manusia kerap muncul di kalangan pemilik hewan peliharaan. Ekspresi wajah kucing yang tampak murung atau adanya air mata di sekitar mata sering kali diartikan sebagai tanda kesedihan. Namun, anggapan tersebut perlu diluruskan secara ilmiah.
Mengutip dari laman resmi Institut Pertanian Bogor (IPB University), dosen Program Studi Paramedik Veteriner Sekolah Vokasi IPB University, drh Tetty Barunawati Siagian, MSi, menjelaskan bahwa kucing tidak menangis karena emosi seperti manusia.
Air Mata pada Kucing Bukan Tanda Kesedihan
Drh Tetty menjelaskan bahwa
kucing memang memiliki saluran air mata dan secara fisik dapat mengeluarkan air mata. Namun, air mata tersebut bukan disebabkan oleh perasaan sedih atau emosi.
“Kucing tidak menangis seperti yang kita bayangkan. Jika kita melihat air mata mengalir di wajah kucing, itu biasanya karena iritasi atau masalah medis, bukan karena alasan emosional,” jelas drh Tetty, dikutip dari laman IPB University.
Air mata pada kucing umumnya berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti infeksi mata, alergi, penyumbatan saluran air mata, atau iritasi akibat debu dan benda asing.
Cara Kucing Mengekspresikan Perasaan
Alih-alih menangis, kucing mengekspresikan perasaan dan kebutuhannya melalui vokalisasi dan bahasa tubuh. Menurut drh Tetty, suara seperti mengeong, mengerang, atau suara bernada panjang digunakan
kucing untuk berkomunikasi dengan manusia maupun sesama hewan.
Beberapa kondisi yang dapat memicu vokalisasi pada kucing antara lain rasa lapar, haus, stres, kesakitan, atau keinginan mendapatkan perhatian. Selain itu, perubahan lingkungan seperti kehadiran orang baru atau perpindahan tempat tinggal juga dapat memicu kecemasan pada kucing.
Bahasa Tubuh sebagai Tanda Emosi
Selain suara,
kucing juga menunjukkan kondisi emosionalnya melalui gerakan tubuh. Ekor yang dikibaskan cepat dapat menandakan rasa terganggu, sementara kucing yang bersembunyi, makan lebih sedikit, tidur lebih lama, atau meringkuk bisa menjadi tanda stres atau kesedihan.
“Kucing yang sedang sedih mungkin akan bersembunyi, makan lebih sedikit, tidur lebih banyak, dan meringkuk. Mereka sangat pandai menyembunyikan emosinya,” tambah drh Tetty.
Karena sifatnya yang cenderung menyembunyikan rasa sakit atau stres, pemilik
kucing perlu lebih peka terhadap perubahan perilaku yang tidak biasa.
Kapan Harus Membawa Kucing ke Dokter Hewan
Drh Tetty menyarankan pemilik kucing untuk segera berkonsultasi dengan dokter hewan apabila kucing terus-menerus mengeong tanpa sebab yang jelas, menunjukkan postur tubuh tegang, gelisah, atau tampak kesakitan.
Langkah awal yang bisa dilakukan pemilik adalah memastikan kebutuhan dasar kucing terpenuhi, seperti makanan, air minum, dan kebersihan lingkungan. Jika terdapat tanda gangguan kesehatan, pemeriksaan medis menjadi hal yang penting untuk mencegah kondisi yang lebih serius.
Edukasi Hewan Peliharaan dan Kesejahteraan Hewan
Dalam konteks yang lebih luas, pemahaman terhadap perilaku hewan peliharaan menjadi bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan hewan. Sejalan dengan itu, Kementerian Pariwisata dalam berbagai publikasinya juga mendorong edukasi publik terkait hewan peliharaan, terutama dalam pengembangan wisata ramah hewan dan wisata edukasi berbasis keluarga.
Edukasi mengenai perilaku kucing tidak hanya membantu pemilik memahami kebutuhan emosional dan fisik hewan, tetapi juga mencegah kesalahpahaman yang dapat berdampak pada penanganan yang keliru.
Sobat MTVN Lens, berdasarkan penjelasan dari IPB University, dapat disimpulkan bahwa kucing tidak menangis karena emosi seperti manusia. Air mata pada
kucing lebih sering berkaitan dengan masalah kesehatan, sementara perasaan dan kebutuhan mereka disampaikan melalui suara dan bahasa tubuh.
Dengan memahami cara kucing berkomunikasi, pemilik diharapkan dapat lebih responsif terhadap kondisi hewan peliharaan, sehingga kesejahteraan kucing tetap terjaga secara optimal.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di
Metrotvnews.com.