Saat menyampaikan sambutan dalam Apel Hari Santri di Surabaya, Jawa Timur pada hari Minggu kemarin, Presiden Joko Widodo meminta agar semangat Hari Santri selalu dipegang teguh sesuai dengan konteks saat ini demi menghadapi krisis ekonomi, pangan dan energi di dunia yang dipicu perang di berbagai negara.
Setelah perang Ukraina dan Rusia, kini dunia dihadapkan pada tantangan geopolitik yang dapat berimbas ke ekonomi karena perang Palestina-Israel. Presiden mengatakan, penentuan Hari Santri merujuk pada seruan jihad dari KH Hasyim Ashari sebagai Rais Akbar PBNU pada 22 Oktober 1945, di mana KH Hasyim Ashari menyampaikan bahwa melawan penjajah itu wajib, melawan penjajah itu fardu ain, dan tewas meninggal berperang melawan musuh itu hukumnya mati syahid.
Hal itu diterjemahkan oleh para santri untuk berjuang bagi kepentingan bangsa, negara, dan umat. Oleh karena itu, presiden melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan setiap 22 Oktober sebagai Hari Santri.
Presiden juga menegaskan bahwa santri adalah pilar kekuatan bangsa dan fondasi kekokohan bangsa, hal itu sudah terbukti sejak zaman perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Pada hari yang sama, Presiden Jokowi mengadakan pertemuan tertutup dengan 20 kiai sepuh atau kiai khos di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya, Jawa Timur.