Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tercatat sebesar Rp401,8 triliun hingga akhir November 2024. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, defisit ini disebabkan oleh belanja negara yang lebih besar dibandingkan pendapatan negara, meskipun masih berada dalam batas aman yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2024.
Sri Mulyani menjelaskan, belanja negara hingga November telah mencapai Rp2.894,5 triliun, sementara total defisit yang dianggarkan dalam APBN 2024 sebesar Rp522,8 triliun. Dengan demikian, defisit saat ini baru menyentuh 76,8?ri target yang ditetapkan.
"Kalau dihitung dari ukuran GDP, Rp401,8 triliun itu setara 1,81?ri GDP kita," ujar Sri Mulyani, seperti dikutip dari Headline News Metro TV, Rabu, 11 Desember 2024.
Meski
defisit terlihat signifikan, keseimbangan primer APBN masih mencatatkan surplus sebesar Rp47,1 triliun. Sri Mulyani menilai capaian ini merupakan hasil positif di tengah tekanan besar pada belanja negara. Namun, ia juga menyoroti pendapatan negara baru mulai pulih, dengan pertumbuhan sebesar 1,3% pada Juli hingga Agustus 2024.
Defisit anggaran ini terjadi di tengah upaya pemerintah menjaga stabilitas fiskal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah juga terus berupaya memaksimalkan pendapatan negara dari berbagai sektor.
"Ini memang sesuatu yang tetap kita coba jaga meskipun cukup berat," kata Sri Mulyani.
Ke depan, Sri Mulyani berharap pertumbuhan pendapatan negara dapat terus meningkat untuk mendukung
pembiayaan belanja negara tanpa memperburuk posisi defisit. Pemerintah juga akan tetap menjaga postur anggaran agar defisit tidak melampaui batas yang diizinkan dalam APBN 2024.
Sementara itu, pengawasan terhadap
efisiensi belanja negara akan menjadi salah satu fokus utama. Tujuannya untuk menjaga agar tekanan terhadap anggaran tetap terkendali di tengah kondisi pemulihan ekonomi.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)