Sebanyak enam nelayan ditemukan meninggal dan belasan lainnya dalam kondisi sakit di atas kapal motor (KM) Sri Mariana yang sedang berlayar di perairan Merak, Banten. Dari hasil autopsi sementara, terindikasi korban sakit karena bakteri leptospira pada spesimen organ salah satu jenazah.
Kondisi mencekam terjadi di atas KM Sri Mariana. Sebanyak enam nelayan ditemukan meninggal dan belasan orang lainnya dalam kondisi sakit di atas kapal.
Berdasarkan keterangan kru kapal, keenam rekannya meninggal secara berurutan. Mereka mengalami gejala yang sama yakni sesak napas dan kaki bengkak.
Seluruh korban meninggal dan 14 korban yang sakit telah dievakuasi oleh tim gabungan ke Rumah Sakit Krakatau Medika, Kota Cilegon, Banten. Dari hasil autopsi sementara, para korban terindikasi terkena bakteri leptospira. Terlebih, sanitasi dan higienitas kapal jauh dari kata bersih.
"Ada satu jenazah yang memang dari organ yang ditemukan itu ada tanda-tanda ke arah leptospirosis," ucap Dir. Surveilans Ditjen P2P Kemenkes RI Achmad Farchanny Tri Adryanto.
"Dari tim Kementerian Kesehatan yang sudah turun ke lokasi, kita temukan adanya tanda-tanda kehidupan tikus di kapal dan juga sanitasi kapal tersebut jelek sekali," lanjutnya.
Bakteri leptospira dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Bakteri bisa masuk ke tubuh melalui kulit karena air dan selaput lendir.
Selain itu, penyakit ini bisa menular saat menelan atau menghirup air yang terkontaminasi. Di sebagian kasus, gejala leptospirosis tidak muncul, tapi pada kebanyakan penderita gejala penyakit muncul 2 hari sampai 4 minggu setelah terinfeksi. Umumnya gejala yang muncul berupa demam, nyeri otot, hingga muntah serta diare.
KM Sri Mariana membawa 36 kru berlayar dari Sibolga, Sumatera Utara sejak Oktober 2023 atau 9 bulan untuk mencari ikan hingga pada akhirnya peristiwa misterius menimpa anak buah kapal. Saat dievakuasi oleh petugas gabungan, terdapat enam jenazah dan 14 ABK yang dilarikan ke rumah sakit. Sementara 16 lainnya dikarantina di kapal tersebut.