Melihat lalu lalang becak di jalanan sudah menjadi hal lumrah dipandang. Namun, tidak dengan becak milik Sutopo. Seorang kakek berusia 78 tahun ini mendesain becaknya beda dari yang lainya.
Becak milik Sutopo terlihat dipenuhi dengan ragam buku koleksinya. Becaknya kini telah berubah menjadi becak pustaka. Kegemaranya dalam membaca buku yang pada akhirnya menciptakan sebuah ide untuk memodifikasi menjadi becak pustaka.
Awalnya, ia hanya membawa beberapa buku untuk dibaca sendiri saat mangkal atau sembari menunggu penumpang. Melihat Sutopo yang gemar membaca ini, beberapa pelanggannya kemudian menyumbangkan buku-buku kepadanya.
Sutopo memutuskan menjadi profesi tukang becak usai ia pensiun dari PNS TNI AD pada 2003 silam. Ia pun kemudian langsung berpikir untuk mengisi kegiatan yang bermanfaat.
Setiap paginya, mulai pukul 06.00 WIB, Sutopo yang tinggal di Kelurahan Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta ini sudah mulai mengayuh becaknya berkeliling kota. Kini, koleksi buku yang dimiliki oleh bapak tiga anak ini sudah ada ratusan buku, baik yang ia bawa di becaknya dan ada yang di tempat tinggalnya.
"Pada dasarnya saya suka membaca. Waktu SD, yang saya baca komik. Lalu meningkat saat SMA sampai sekarang buku-buku yang saya sediakan di becak pasti saya baca," ujar Sutopo.
Gayung bersambut, kegemaran membacanya justru disambut baik oleh kalangan masyarakat. Tidak hanya teman seprofesinya saja yang terkadang datang untuk membaca buku, namun anak-anak sekolah bahkan warga sekitar juga turut meramaikan becak pustakanya.
Sementara itu, keinginan Sutopo memiliki becak listrik kini sudah terkabul lantaran mendapatkan bantuan dari Pemda DIY. Meski usianya sudah senja, namun semangat dalam dirinya masih sangat tinggi.
Sutopo juga sangat prihatin melihat anak-anak di zaman sekarang yang justru asyik dengan bermain gadgetnya. Oleh karena itu, keinginan besar Sutopo kini hanya ingin melihat generasi muda untuk terus meningkatkan minat baca.