Tingkat Kemiskinan di Indonesia Turun, Rasio Ketimpangan Malah Naik

20 July 2023 12:27

Tingkat kemiskinan Indonesia tercatat menurun. Namun ironisnya, ketimpangan antara si kaya dan si miskin justru meningkat, bahkan melampaui masa puncak pandemi covid-19.

Tingginya rasio ketimpangan ini pun menjadi alarm keras bagi pemerintah untuk memastikan pemerataan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.

Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk kemiskinan di Indonesia Maret 2023 sebesar 25,9 juta orang atau sebesar 9,36?ri jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini berkurang 460 ribu orang dari September 2022. 

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto menjelaskan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya berkurang jumlah pengangguran terbuka, meningkatnya daya beli petani, tingkat inflasi yang semakin melandai, dan konsumsi masyarakat yang semakin tinggi.
 
Bantuan sosial melalui program keluarga harapan dan bansos sembako juga berkontribusi atas berkurangnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Ironisnya, meski jumlah orang kategori miskin berkurang, namun jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin justru semakin melebar. 
 
Dari catatan BPS, tingkat ketimpangan berdasarkan gini ratio di desa dan perkotaan naik dari sebelumnya 0,381, kini meningkat ke 0,388. Ketimpangan terasa di perkotaan karena rasio gini yang naik dari 0,402 menjadi 0,409. Sementara ketimpangan di desa stagnan dan trennya cenderung turun sejak September 2019. 
 
Kondisi ketimpangan per Maret 2023 itu tercatat sebagai yang terburuk dalam lima tahun terakhir. Pasalnya di Maret 2018, rasio gini sempat menyentuh 0,389, lalu trennya turun.

Bahkan rasio gini per Maret sebesar 0,388 justru lebih tinggi dibanding saat puncak pandemi September 2020 lalu yang hanya sebesar 0,385.

Menurut BPS, ketimpangan meningkat karena laju pengeluaran kelompok terkaya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok menengah ke bawah. 
 
Salah satu faktor pendorongnya adalah melejitnya konsumsi dari kelompok teratas setelah pandemi berlalu yang didukung oleh dicabutnya pembatasan mobilitas, seperti berwisata, naiknya aktivitas di perkantoran, dan mobilitas masyarakat yang mendorong peningkatan di sektor transportasi.

Ketimpangan yang melebar menjadi indikasi pemerataan ekonomi yang belum merata. Apalagi, gelombang pemutusan hubungan kerja yang banyak dialami oleh warga kategori miskin dan rentan miskin pada saat pandemi covid-19 lalu, tentunya turut menekan tingkat konsumsi kelompok masyarakat tersebut. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)