22 February 2024 11:33
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkap harga beras yang tinggi disebabkan karena Indonesia pada periode Januari-Februari 2024 mengalami defisit beras sebesar 2,8 juta ton. Defisit tersebut terjadi karena adanya el nino yang melanda Indonesia pada 2023.
"Terkait hal ini kami koordinasi dengan Menteri Pertanian yang bekerja keras untuk melakukan tanam. Tanam itu harus minimal 1 juta hektare, sehingga yang didapat panennya 5 juta ton per bulan," kata Arief dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Kamis, 22 Februari 2024.
Arief menjelaskan bahwa masa tanam padi sempat tertunda karena adanya el nino akhir 2023 lalu. Namun, ia mengatakan harga beras yang berasal dari panen dalam negeri sekitar Rp14-17 ribu/kg.
"Harga beras itu ditentukan oleh harga Gabah Kering Panen (GKP)," ujarnya.
Menurut Arief, produksi GKP saat ini terbatas. Bahkan, harganya naik setiap bulan. Saat ini, harga GKP tembus Rp8 ribu/kg.
"Saat GKP di atas Rp8 ribu/kg, minimum harga beras itu adalah dua kali dari harga gabah, sehingga kalau harga gabah itu Rp8 ribu/kg, maka harga berasnya sekitar Rp16 ribu/kg," jelas Arief.
Pemerintah, kata Arief, sudah berupaya melakukan intervensi untuk mengatasi harga beras yang tinggi ini. Upa-upaya itu di antaranya membanjiri pasar dengan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP), gerakan pasar murah, hingga bantuan pemerintah dalam bentuk beras.