Zein Zahiratul Fauziyyah • 19 September 2025 12:34
Jakarta: Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan akan berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 23 September 2025. Isu-isu strategis global akan disampaikan, termasuk persoalan Palestina, dinamika keamanan internasional, hingga reformasi sistem multilateral. Kehadiran Prabowo akan menambah daftar panjang presiden Indonesia yang tampil di forum dunia tersebut, setelah sebelumnya Soekarno, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Pidato ini sekaligus mengingatkan kembali pada akar sejarah berdirinya PBB, organisasi internasional terbesar yang sejak lama menjadi panggung utama diplomasi global.
Lahir dari Luka Perang Dunia II
PBB resmi berdiri pada 24 Oktober 1945, tak lama setelah Perang Dunia II berakhir. Kehancuran akibat perang global mendorong para pemimpin dunia mencari jalan keluar agar tragedi serupa tidak terulang.
Cikal bakal PBB muncul pada 14 Agustus 1941 melalui Piagam Atlantik (
Atlantic Charter) yang dideklarasikan Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Piagam ini menekankan hak menentukan nasib sendiri,
perdamaian, dan kerjasama antarnegara.
Selanjutnya, pada 1 Januari 1942, perwakilan dari 26 negara menandatangani
Declaration by United Nations di Washington DC, AS. Nama "United Nations" sendiri merupakan gagasan Roosevelt. Konferensi besar kemudian digelar di San Fransisco pada 25 April–26 Juni 1945, diikuti 50 negara, yang melahirkan
Piagam PBB (
Charter of the United Nations).
Piagam tersebut mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah diratifikasi negara-negara besar, yakni Tiongkok, Prancis, Uni Soviet, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai Hari PBB.
Tujuan Utama PBB
Dalam Piagam Bab I Pasal 1, ada empat tujuan utama PBB:
- Menjaga perdamaian dan keamanan internasional dengan mencegah, menangani, dan menyelesaikan konflik secara damai.
- Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan persamaan hak dan prinsip penentuan nasib sendiri.
- Mendorong kerja sama internasional dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, kemanusiaan, serta menjunjung hak asasi manusia.
- Menjadi pusat koordinasi global untuk menyatukan tindakan negara-negara anggota dalam mencapai tujuan bersama.
Hingga kini, PBB memiliki 193 negara anggota, termasuk Indonesia yang bergabung pada 28 September 1950 sebagai anggota ke-60.
PBB di Era Modern
Meski lahir dari semangat perdamaian, peran PBB kerap dipertanyakan dalam merespons berbagai
konflik dunia, termasuk isu Palestina, perang Ukraina-Rusia, hingga serangan Israel ke Qatar baru-baru ini. Hak veto lima anggota tetap Dewan Keamanan (AS, Inggris, Rusia, Prancis, Tiongkok) sering menjadi kendala dalam mengambil keputusan tegas.
Dalam konteks inilah, pidato Prabowo di
Sidang Umum PBB menjadi berkaitan. Selain mengusung solidaritas terhadap Palestina, Prabowo juga disebut akan menekankan pentingnya reformasi sistem multilateral agar PBB lebih efektif menjawab tantangan global.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.