PBB Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Apa Saja Buktinya?

Deretan tenda yang menampung pengungsi Palestina di sepanjang pantai Gaza. 2 Juni 2025. (EFE/HAITHAM IMAD)

PBB Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Apa Saja Buktinya?

Riza Aslam Khaeron • 17 September 2025 14:38

Jakarta: Dugaan genosida oleh Israel di Gaza kembali menjadi sorotan setelah Komisi Penyelidik PBB (UN Commission of Inquiry/COI) merilis temuan terbarunya pada 16 September 2025. Dalam laporan tersebut, Komisi menyatakan bahwa terdapat bukti yang sangat meyakinkan bahwa pejabat sipil dan militer Israel memiliki niat genosidal terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Ini adalah pertama kalinya lembaga resmi PBB secara eksplisit menuduh Israel melakukan genosida sejak dimulainya agresi militer di Gaza pada 8 Oktober 2023.

Berikut ini adalah uraian bukti dan metode genosida yang diidentifikasi oleh PBB:
 

Pembunuhan Massal terhadap Warga Sipil, Termasuk Anak dan Tenaga Kemanusiaan

PBB mencatat serangkaian serangan udara tanpa peringatan yang menyebabkan jatuhnya ribuan korban jiwa di kalangan warga sipil. Salah satu insiden paling mematikan tercatat pada 18 Maret 2025, ketika lebih dari 404 orang -,termasuk 170 anak dan 80 perempuan,- tewas akibat serangan tersebut.

Sasaran serangan tidak terbatas pada warga sipil biasa; tenaga kesehatan dan relawan kemanusiaan pun turut menjadi korban. Hingga akhir Juli 2025, sebanyak 48 anggota Palang Merah Palestina (PRCS) dilaporkan tewas. 

Serangan yang dianggap paling brutal oleh Komisi Penyelidik PBB terjadi pada 23 Maret 2025 di kawasan Tal as-Sultan, Rafah. Saat itu, konvoi ambulans dan kendaraan pemadam kebakaran yang secara jelas menampilkan simbol kemanusiaan diserang tanpa peringatan.

Investigasi berbasis video menunjukkan tidak adanya tembakan dari pihak konvoi, yang memperkuat dugaan bahwa serangan tersebut sepenuhnya tidak dibenarkan. Korban jiwa dalam peristiwa ini termasuk delapan staf PRCS, enam petugas Pertahanan Sipil, serta satu pegawai UNRWA.

COI menyimpulkan bahwa tindakan militer Israel telah mengakibatkan pembunuhan terhadap puluhan ribu warga sipil Gaza, melalui penggunaan senjata peledak berdampak luas di kawasan padat penduduk, serta pengeboman terhadap rumah sakit, sekolah, dan tempat pengungsian.

Menurut data OHCHR hingga pertengahan Juli 2025, jumlah korban tewas mencapai 58.380 jiwa, termasuk lebih dari 17.900 anak-anak dan 9.400 perempuan.
 

Melumpuhkan Kehidupan Sipil Secara Sistematis

Israel secara aktif menghalangi bantuan medis dan pangan, memperparah kondisi kesehatan dan kelaparan. Data menunjukkan 1.373 warga tewas saat mengakses bantuan makanan di distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF), dengan mayoritas korban ditembak pasukan Israel.

Beberapa rumah sakit besar seperti Rumah Sakit Turki, Nasser Medical Complex, dan European Gaza Hospital dihantam dan tidak dapat beroperasi. Serangan terhadap infrastruktur vital seperti toko roti dan fasilitas pangan memperparah krisis kelaparan.
 

Penghancuran Kapasitas Reproduksi dan Pencegahan Kelahiran

Klinik fertilitas dijarah dan dihancurkan. Lebih dari 4.000 embrio dan 1.000 sampel sperma serta ovum milik warga Gaza hancur di Al Basma IVF Centre pada Desember 2023, menghilangkan harapan ribuan pasangan untuk memiliki anak.

Rumah sakit bersalin seperti Awdah Hospital dikepung, memutus akses layanan reproduksi.
 

Bukti Niat Khusus Genosida

Komisi menilai adanya niat khusus atau mens rea (dolus specialis) dalam kejahatan genosida melalui dua pendekatan utama: pertama, dari pernyataan eksplisit yang diucapkan oleh pejabat tinggi negara Israel; kedua, dari pola serangan dan tindakan militer yang secara konsisten mencerminkan pernyataan-pernyataan tersebut sebagai bentuk bukti tidak langsung. 

Pernyataan-pernyataan kunci dari pejabat Israel yang dinilai membuktikan niat khusus adalah:

  1. PM Benjamin Netanyahu (7 Oktober 2023): bersumpah akan menjatuhkan “balas dendam yang dahsyat”, seraya menyatakan “kota jahat itu akan kami jadikan puing... [penduduk Gaza:] tinggalkan sekarang karena kami akan beroperasi secara brutal di mana-mana.
  2. Menteri Pertahanan Yoav Gallant (9 Oktober 2023): mengumumkan pengepungan total: “tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar. Kami sedang memerangi binatang manusia, dan kami bertindak sesuai itu.
  3. Presiden Isaac Herzog (13 Oktober 2023): menyatakan bahwa “seluruh bangsa di sana bertanggung jawab.
  4. Menteri Energi Israel, Israel Katz (7–10 Oktober 2023): menyampaikan “Apa yang dulu ada, tak akan ada lagi,” saat memerintahkan pemutusan pasokan listrik ke Gaza. Keesokan harinya, ia menegaskan kembali: “Ini berakhir sekarang... Inilah yang pantas diterima bangsa pembunuh anak-anak.
  5. Brigadir Jenderal David Bar Khalifa (29 Oktober 2023): menyerukan pembalasan total: “kita akan menghancurkan setiap jengkal tanah terkutuk... kita akan membinasakannya... dan kita tidak akan kembali sebelum semuanya musnah.”
  6. PM Benjamin Netanyahu (3 November 2023): merujuk pada teks religius dengan pernyataan: “Ingatlah apa yang dilakukan Amalek terhadapmu... [Ini adalah] perang antara anak-anak terang dan anak-anak kegelapan.
  7. Instruksi lapangan (komandan Brigade Golani, 4 April 2025): terdengar dalam video memberikan perintah: “Siapa pun yang kalian temui adalah musuh. Jika kalian melihat sosok, tembak... Jangan ragu.
Baca Juga:
PBB Simpulkan Israel Lakukan Genosida di Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)