Rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat mengecam keras pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan hendak mengosongkan Gaza dan mengusir warganya dari tanah air mereka. Merka tidak mau diatur oleh Trump untuk pindah negara.
Warga Palestina menegaskan bahwa mereka tidak akan meninggalkan tanah air mereka meskipun rumah-rumah di Gaza telah hancur akibat serangan Israel. Mereka bersumpah akan terus berjuang mempertahankan hak atas tanah kelahiran mereka dan menolak segala bentuk penjajahan.
Usulan Trump ini juga menuai kecaman dari berbagai pihak di dunia. Termasuk sejumlah negara di Eropa yang menolak tindakan pengusiran paksa sebagai solusi konflik. Komunitas internasional semakin mendesak penghentian agresi Israel dan menuntut solusi yang lebih adil bagi rakyat Palestina.
Seperti diketahui, wacana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan penduduk Gaza muncul setelah kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, yang untuk sementara menghentikan serangan Israel yang telah menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina tewas dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa AS akan mengambil alih Gaza dan berencana menjadikannya kawasan wisata mewah yang ia sebut sebagai "Riviera Timur Tengah."
Pernyataan ini langsung menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk Mansour, yang menilai usulan tersebut sebagai bentuk pemaksaan terhadap rakyat Palestina dan pengabaian terhadap hak mereka untuk tetap tinggal di tanah airnya.
Di tengah ketidakpastian politik dan kondisi kemanusiaan yang semakin buruk, rakyat Palestina terus menyerukan hak mereka untuk tetap tinggal dan membangun kembali Gaza tanpa intervensi eksternal yang bertentangan dengan kehendak mereka.
(Tamara Sanny)