Sebanyak 10 tokoh lintas agama asal Austria berkunjung ke Indonesia untuk mendalami keberagaman dan praktik toleransi yang menjadi ciri khas tanah air. Kunjungan ini merupakan bagian dari program Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) 2025.
Program ini diusung oleh Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dengan tema "Harmonizing Culture and Religion in Indonesia", dan berlangsung dari 12 hingga 20 November 2025.
Salah satu momen paling berkesan bagi para peserta adalah kunjungan ke Candi Borobudur di Magelang. Dengan kompak mengenakan pakaian batik, para delegasi menaiki puncak warisan dunia tersebut sebagai simbol penghormatan terhadap budaya Indonesia.
Kepala Bidang Bina Kerukunan dan Lembaga Keagamaan PKUB Kemenag RI, Heri Susanto, mengatakan program ini adalah wujud diplomasi perdamaian yang bertujuan menunjukkan potret harmoni Indonesia kepada dunia.
"Ini adalah program Kementerian Agama dengan Kementerian Luar Negeri. Kita ingin menunjukkan kepada dunia, dalam hal ini negara Austria, untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi kerukunan (dan) potret harmoni di Indonesia," ujar Heri.
Sementara itu, Ketua DPD Walubi Jawa Tengah, Tanto Harsono, menyatakan dukungannya. Menurutnya, Candi Borobudur dipilih karena merupakan bukti kebesaran budaya Indonesia sekaligus mandala terbesar di dunia.
"Ini kan programnya dari PKUB Kementerian Agama RI. Tentunya sangat bagus sekali untuk kerukunan, karena program (IIS) ini adalah dalam bidang agama, sosial, dan budaya," kata Tanto.
"Makanya kenapa dibawa ke Candi Borobudur? Jadi kita bisa melihat betapa besarnya leluhur kita dulu bisa membangun candi yang merupakan mandala terbesar di dunia. Kita memperkenalkan inilah budaya negara Indonesia yang berkembang dari zaman ke zaman," tutupnya.
(Shandayu Ardyan Nitona Putrahia Zebua)