Sejumlah santri Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, sudah berdatangan ke lingkungan pesantren. Pengelola Ponpes memutuskan membuka kembali kegiatan belajar mengajar dua pekan setelah peristiwa ambruknya musala Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Pihak Ponpes memutuskan menggunakan bangunan kampus dua untuk kegiatan santri seperti kegiatan belajar mengajar hingga penginapan para santri. Mengingat bangunan kompleks putra masih ditutup untuk kepentingan penyelidikan polisi.
Nantinya para santri yang akan mengikuti kegiatan belajar mulai dari santri di tingkat perguruan tinggi, aliyah, dan tsanawiyah. Apabila bangunan kampus dua tidak mencukupi, pihak pengelola juga sudah menyiapkan bangunan tambahan di Pondok Pesantren Al Falah Siwalan Panji di kawasan Buduran.
Santri Al Khoziny Tak Takut Kembali ke Pondok
Alfatih Cakra Buana, salah satu santri selamat dalam peristiwa ambruknya gedung Ponpes Al-Khoziny pada awal Oktober lalu. Meskipun menjadi saksi mata dan salah satu korban yang terjebak dalam reruntuhan tidak membuat semangat Alfatih untuk kembali ke Pondok padam.
Abdul Hanan, ayah Alfatih mengaku sangat bangga dengan semangat Alfatih untuk kembali ke pondok meskipun mengalami trauma. Ia mendukung penuh keputusan anaknya untuk melanjutkan kembali aktivitas di sana.
"Alhamdulillah bersyukur, berarti dia mentalnya mental hebat dan saya saya bangga kalau anak saya bisa bermental seperti itu. Artinya dia tidak trauma dengan apapun," ungkap Abdul Hanan.
"Tidak ada orang besar itu lahir dari zona nyaman, dia pasti lahir dari zona yang serba sulit dengan pengalaman-pengalaman seperti lolos dari kematian, lolos dari ini," sambungnya.
Cerita Alfatih Selama Tertimbun Reruntuhan
Diketahui Alfatih terjebak dalam reruntuhan bangunan Ponpes selama tiga hari sebelum akhirnya berhasil diselamatkan. Saat ditemukan oleh tim gabungan, Alfatih dalam kondisi tertidur. Alfatih mengaku tertidur selama tiga hari tanpa merasakan lapar atau haus.
Tubuhnya tertimbun pasir hingga sebatas dada. Sementara wajahnya terlindungi seng. Ia mengingat momen bangunan runtuh seperti gempa, sebelum pingsan diduga karena tertimpa batu.
Saat sadar, ia hanya melihat kondisi gelap dan mendengar teman-temannya menyebut musala roboh lalu kembali tertidur. Ia bahkan bermimpi sedang minum air melalui selang yang terasa nyata sebelum akhirnya benar-benar terbangun saat tim SAR mulai mengevakuasinya.