Utak-Atik Rumah Subsidi

Rumah subsidi yang kini ukurannya diperkecil, mendapat beragam komentar dari masyarakat. Sebab luasan rumah tersebut dinilai tidak layak huni oleh keluarga yang sudah memiliki anak, karena terlalu sempit. 

Mininya rumah subsidi menggemparkan masyarakat. Bagaimana tidak, pemerintah mengubah aturan luasan minimal rumah subsidi dari luas tanah 60 meter persegi menjadi 25 meter persegi. Sementara luas bangunanyang minimal 21 meter persegi diubah menjadi 18 meter persegi. Tujuannya untuk mengakali harga tanah yang kian melejit.

Munculnya mockup rumah subsidi dibanjiri tanggapan negatif dari masyarakat, tak terkecuali Anggota Komisi V DPR RI, Yanuar Arif Wibowo yang menyayangkan pemangkasan ukuran rumah subsidi, yang tak dibarengi dengan kajian. 

"Menurut saya, apa yang direncanakan oleh PKP untuk mempersempit luasan tanah dan bangunan rumah bersubsidi ini perlu kita kaji ulang. Tentu bukan karena ini bersubsidi kemudian asal dibangun, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek kelayakan sebuah rumah." kata Anggota Komisi V DPR RI, Yanuar Arif Wibowo.
 

Baca juga: Danantara dan Himbara Kucurkan Dana Rp130 Triliun untuk Program 1 Juta Rumah

Namun hal tersebut ditampik oleh Dirjen Perumahan Perkotaan Kementerian PKP, Sri Haryati. Menurutnya, rumah subsidi yang kini diperkecil sudah sesuai dengan aturan. 

"Jadi kami di dalam rencana membuat fitur ini memang ditujukan untuk lajang, masyarakat yang baru berkeluarga, atau memang yang masih baru punya anak satu." ucap Dirjen Perumahan Perkotaan Kementerian PKP, Sri Haryati.

Namun, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait menegaskan, mockup rumah subsidi yang tengah menjadi buah bibir belum final. 

"Itu salah satu contoh yang diajukan oleh lippo, kan yang lain juga buat contoh-contoh yang lain, kan belum ada keputusannya." ucap Maruarar.

Rumah subsidi kini kian mengecil, bukan karena apa, namun tak lain untuk menyiasati mahalnya harga tanah di perkotaan, meski tentu saja pro kontra tidak dapat diabaikan.