Pagar laut di Perairan Kabupaten Tangerang masih menjadi misteri hingga kini. Meski Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah menyegel pagar sepanjang 30 Km, namun siapa pemiliknya belum menemukan titik terang. Ombudsman menyebut ada 1.500 nelayan di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, yang terdampak.
"Sudah hampir 6 bulan rute melaut menjadi lebih jauh, bahan bakar semakin tinggi, waktu melaut semakin sedikit, otomatis akan mengurangi produksi," ungkap anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika.
Sementara KKP menyebut jika dalam 20 hari pemilik pagar laut tidak mengajukan izin, maka akan dibongkar paksa.
"Terindikasi tidak memiliki KKPRL (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut). Saat ini ini masih dalam proses penyelidikan oleh polsus dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan," ungkap Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Komunikasi Publik, Doni Ismanto Darwin.
Tim Metro TV melihat secara dekat pagar laut yang melintasi 16 desa di enam kecamatan. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari bibir pantai, bambu-bambu ini terpasang sejak tahun lalu. Meski angin dan ombak cukup kuat, namun ratusan bambu ini tetap berdiri tegak.
Untuk melihat pagar laut secara dekat, tim Metro TV juga mencoba berbincang dengan sejumlah warga dan nelayan. Mereka mengaku tak tahu menahu kapan pagar ini dibuat, bahkan warga menyebut sebagai pekerjaan siluman. Namun mereka berpendapat kemungkinan bambu-bambu tersebut diangkut menggunakan kapal nelayan saat malam hari.
Menimbulkan tanda tanya, nelayan merasa dirugikan dengan adanya pagar laut ini. Namun ada juga nelayan yang menyebut bahwa pagar laut ini merupakan hasil swadaya masyarakat berfungsi sebagai pemecah ombak, penahan abrasi dan untuk memanen kerang hijau.
Informasi yang kami dapatkan pagar bambu ini dibuat secara swadaya oleh Jaringan Rakyat Pantura. Namun salah satu perwakilan mereka, Shandy Marta, ternyata menampik informasi tersebut.
Sementara nelayan di TPI Cituis dengan tegas mengaku tak tahu menahu soal swadaya tersebut. Sebab tak masuk akal dengan pendapatan mereka yang pas-pasan, harus membangun pagar laut yang bahkan mengganggu aktivitas mereka.
Hingga saat ini pemilik pagar laut di Perairan Kabupaten Tangerang dan apa tujuannya masih menjadi misteri.