Jakarta: Emas sering disebut sebagai investasi paling aman, apalagi saat kondisi ekonomi sedang tidak menentu. Banyak orang beranggapan bahwa emas adalah “tempat berlindung” yang ideal dari krisis dan inflasi.
Namun, apakah investasi emas benar-benar bebas risiko?
Di balik kilau keemasan, sebenarnya ada beberapa risiko yang harus dipahami sebelum memutuskan untuk menanamkan uang di aset ini. Jika hanya melihat potensi untung tanpa memahami sisi bahayanya, investor bisa saja kecewa bahkan merugi.
Berikut ini adalah lima risiko utama dalam investasi emas yang sering tidak disadari brdasarkan laporan dari World Gold Council dan peringatan resmi dari Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka (CFTC) pemerintah Amerika Serikat:
1. Tidak Memberikan Penghasilan Tetap
Berbeda dengan saham yang membayar dividen atau obligasi yang memberikan bunga, emas tidak menghasilkan arus kas. Emas hanya bisa memberi keuntungan jika harganya naik. Jika harga stagnan atau bahkan turun, maka uang yang diinvestasikan hanya akan "diam" tanpa menghasilkan apa pun.
Ini menjadikan emas tidak cocok untuk investor yang mengharapkan pendapatan rutin atau ingin pemasukan pasif dari investasinya.
2. Harga Emas Bisa Fluktuatif dan Tidak Stabil
Meskipun sering dianggap stabil, kenyataannya harga emas bisa sangat berfluktuasi. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa harga emas bisa naik hingga 30 persen dalam setahun, tapi juga bisa turun sampai 30 persen pada periode lain.
Artinya, emas tetap punya risiko nilai yang cukup besar, terutama untuk investor jangka pendek yang menginginkan kestabilan.
3. Promosi Menyesatkan dan Risiko Penipuan
Banyak promosi investasi emas yang terlihat meyakinkan, tapi sebenarnya menyesatkan. Beberapa di antaranya menggunakan narasi krisis ekonomi dan data historis yang dipilih secara sepihak untuk menekan calon investor agar segera membeli.
Contoh nyata bisa dilihat dari kasus Southern Trust Metals di Amerika Serikat, yang mengklaim menjual logam mulia fisik, tapi dana nasabah justru digunakan untuk perdagangan spekulatif dengan leverage tinggi.
Hasilnya? Investor merugi miliaran rupiah, dan perusahaan tersebut dikenakan denda lebih dari Rp40 miliar.
4. Biaya Tersembunyi yang Menggerus Keuntungan
Investasi emas juga memiliki berbagai biaya tersembunyi, terutama jika dilakukan lewat platform tertentu atau dalam bentuk emas fisik dan kontrak berjangka.
Beberapa biaya yang bisa dikenakan antara lain:
- Biaya simpan (storage fee)
- Biaya asuransi
- Komisi pembelian dan penjualan
- Premi atas harga pasar
- Biaya margin untuk kontrak derivatif
Komisi saja bisa mencapai 15 persen dari total investasi, artinya harga emas harus naik cukup tinggi dulu sebelum investor mulai mencicipi keuntungan.
5. Risiko Leverage di Kontrak Berjangka
Salah satu bentuk investasi emas yang paling berisiko adalah melalui kontrak berjangka (futures). Misalnya, untuk membeli kontrak emas seberat 100 ons senilai lebih dari Rp2 miliar, investor cukup menyetor margin sekitar Rp87 juta.
Tapi di sinilah letak bahayanya:
- Jika harga turun 4 persen saja, margin tersebut bisa langsung habis.
- Bahkan penurunan harga USD1 per ons bisa menyebabkan kerugian Rp1,6 juta.
- Tanpa pemahaman dan manajemen risiko yang baik, leverage bisa menjadi pedang bermata dua.
Investasi emas tetap bisa menjadi pilihan yang bagus, asal dilakukan dengan pemahaman yang benar.
Jangan hanya tergoda oleh label "safe haven", karena setiap bentuk investasi pasti punya sisi risikonya masing-masing. Terutama emas, yang meski tampak mengkilap, juga punya potensi membuat rugi bila dijalani tanpa informasi yang cukup.
Jangan lupa tonton
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)